Kebanyakan petani di Banyuwangi lebih memilih menjual hasil pertaniannya kepada tengkulak. Ada beberapa factor yang menyebabkan hal tersebut. Faktor yang pertama adalah kemampuan tengkulak untuk membeli dalam jumlah besar. Para tengkulak memiliki kapasitas untuk membeli produk dalam jumlah besar, sehingga mengurangi resiko "tidak laku" penjualan hasil pertanian dari ladang petani. Kedua adalah mengurangi resiko dari pembayaran bertempo, karena tengkulak sering kali memberikan pembayaran langsung dan mengambil tanggung jawab untuk mengangkut hasil panen. Ketiga, petani dapat mendapatkan dukungan finansial karena tengkulak menyediakan modal bagi petani yang memungkinkan petani dapat mengakses dana tersebut untuk membeli benih, pupuk, dan kebutuhan pertanian lainnya.
Faktor-faktor ini berkontribusi terhadap tingginya ketergantungan petani terhadap tengkulak di Banyuwangi, karena tengkulak tidak hanya menyediakan pasar bagi hasil panen mereka, namun juga dukungan keuangan dan pengurangan beberapa resiko.
Kesempatan ekspor
   Kabupaten Banyuwangi merupakan salah satu kabupaten yang menjadi penghasil buah naga. Sentra produksi buah naga di Banyuwangi berada di Kecamatan Tegaldlimo, Purwoharjo dan Bangorejo. Pada tahun 2014, produksi buah naga di Banyuwangi mencapai 28.819 ton dengan luas lahan 1.152 ha yang meningkat disbanding pada tahun 2013 sebanyak 16.631 ton dengan luas lahan 678 ha. Kecamatan Bangorejo menyumbang 39% dari total keseluruhan produksi buah naga di Banyuwangi atau setara 11.000 ton per ha dengan luas lahan mencapai 449 ha.
   Jika dilihat dari aspek ekonomi, buah naga termasuk salah satu buah yang bernilai tinggi dengan harga per kilogram buah naga putih antara Rp 10.000,00 -- Rp 18.000,00, buah naga merah harganya lebih tinggi yaitu di atas Rp 20.000,00 , sedangkan untuk buah naga kuning sampai sekarang belum banyak beredar di pasaran, namun harganya diperkirakan kurang dari RP. 20.000,00 per kilogram.
   Ekspor perdana buah naga organik di Banyuwangi dimulai pada tahun 2022 dengan tujuan negara asia dan eropa hingga total nilai ekspor nya adalah 1,8 miliar, sebanyak 15 desa di Banyuwangi antara lain Jambewangi, Sumberagung dan lain-lain, 15 desa ini merupakan Desa Sejahtera Astra (DSA) yang para petani buah naga nya telah mendapatkan pembinaan, pemberdayaan serta pendampingan untuk dapat menghasilkan produk buah naga organik yang memiliki nilai ekspor tinggi dan berkualitas, program DSA ini merupakan bagian dari corporate Program DSA adalah bagian dari Corporate Social Responsbelity (CSR) dari PT Astra Internasional Tbk. Ekspor tersebut akan bekerjasama dengan PT Nusa Fresh yang akan memasarkan ke luar negeri serta mengekspor buah naga organic. Ekspor tersebut menembus harga sampai Rp 30.000 per kilogram.
Sumber:
https://journal.ummat.ac.id/index.php/PRPE/article/view/7836