Mohon tunggu...
Taufik Ismed
Taufik Ismed Mohon Tunggu... Penulis - Pengamat Komunikasi dan Sosial

Menulis adalah cara hadir dalam sejarah manusia.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Syekh Ali Jaber "Terlalu Baik"

17 September 2020   07:51 Diperbarui: 17 September 2020   07:57 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Indonesia adalah gudangnya kegemparan. Setiap hari selalu ada saja informasi yang membuat kita gaduh dan resah. Salah satunya tentang penusukan yang diterima oleh Syaikh Ali Jaber. Beliau menjadi korban penusukan yang cukup berbahaya. Dilakukan dalam waktu yang singkat dan tiba-tiba saat Syaikh Ali Jaber sedang mengisi acara di Bandar Lampung.

Kejadian ini tentu membakar emosi sebagian besar ummat Islam. Sebagian ada yang menghubungkan dengan kejadian-kejadian sebelumnya. Di tahun 2019 silam memang banyak peristiwa serupa. Di mana banyak tokoh Islam yang menjadi sasaran penusukan. Dan yang disayangkan, di setiap kejadian tersebut pelaku sering dianggap mengalami gangguan jiwa. Namun, diantara klaim itu ada yang dibantah oleh hakim.

Begitu juga dengan pelaku penusukan Syaikh Ali Jaber. Seketika setelah video penusukan beredar luas, foto dan informasi pelaku juga merambat viral. Memang begitu dunia sekarang. Gampang sekali mencari identitas dan jejak digital setiap orang. Berkembang pula informasi bahwa orang tua pelaku menyebut bahwa anaknya mengalami gangguan jiwa sejak 4 tahun yang lalu. Ya seperti kejadian-kejadian masa lalu. Selalu berlindung dibalik selimut "gangguan jiwa".

Untungnya, kepolisian yang menangani kejadian tersebut cukup bijak memberikan tanggapan. Kepolisian tidak terburu-buru membenarkan pernyataan orang tua pelaku. Dan memang seperti itu harusnya. Tindakan yang bagus untuk menenangkan masyarakat yang sudah termakan amarah. Bagaimana tidak, panutan sebagian besar ummat Islam ditusukan di depan mata mereka sendri.

Dari kejadian tersebut, ada beberapa hal yang bisa kita cermati dan pikirkan lagi. Syaikh Ali Jaber, setahu saya adalah ulama yang cukup tenang dan jarang bersuara vokal soal politik. Ia lebih banyak bergerak dalam bidang Al Quran. 

Menyuarakan dan menyiarkan menghapal Al Quran. Berbeda dengan ulama-ulama yang lain, yang memang memilih jalan dakwah yang hiruk pikuk mengkritisi pemerintah. Lucunya, sampai sekarang saya belum mendengar berita penusukan kepada ulama-ulama tersebut. Malah ulama seperti Syaikh Ali Jaber yang menjadi sasarannya. Tentu tidak salah jika kita berpikir ini ada udang dibalik batu.

Saat masyarakat seperti saya berpikir seperti itu, Syaikh Ali Jaber malah bersikap tenang dan "terlalu baik". Saat kejadian, ia selesai ditusuk dan jamaah langsung berlarian menghakimi pelaku, Syaikh Ali Jaber mengurai kerumunan jamaah tersebut dan melarang mereka berlaku semena-mena. Ia meminta pelaku diamankan dan diserahkan ke kepolisian.

Setelah kejadian itu pun, Syaikh Ali Jaber masih "terlalu baik". Dalam tayangan podcast milik Deddy Corbuzier, hadir Syaikh Ali Jaber didampingi Gus Miftah. Syaikh Ali Jaber menjelaskan, sekarang ia merasa tenang dan tidak dendam sama sekali. Ia meyakini kejadian tersebut adalah ketentuan dari Allah. 

Dan ia juga tidak ingin menyeret kejadian tersebut ke ranah politik. Ia khawatir nanti akan ditunggangi oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab. Kejadian tersebut sudah selesai dan sekarang kepolisian sudah bekerja. Ia tidak ingin jika peristiwa naas tersebut dipanas-panasi akan merepotkan banyak orang. Banyak orang yang terganggu ibadahnya. Atau banyak orang yang teralihkan pikirannya dari mencari nafkah. Ada hal yang lebih bermanfaat dari pada menghebohkan penusukan tersebut.

Tak mudah berpikir dan bertindak demikian. Memang harus lahir dari sebuah keimanan. Tenang setelah tersakiti dan memaafkan kepada yang telah menzolimi adalah kebaikan hati yang lebih dalam. Sikap Syaikh Ali Jaber ini bisa menjadi cara Allah untuk membantah pernyataan serampangan dari Menteri Agama Fakhrul Razi sebelumnya. 

Bahwa radikalisme biasanya masuk dari orang yang goodlooking, bisa bahasa Arab dan hapal Quran. Ternyata tidak. Malah sikap meneror bisa lahir dari siapa saja. Dari orang biasa hingga pejabat luar biasa. Dari semua agama. Mungkin ada di antara muslim yang bersikap salah. Tapi juga masih banyak ummat Islam yang memberikan keteladanan yang baik. Karena Islam adalah rahmatan lil alamin.

Ada satu lagi hikmah dari kejadian itu. Walau Syaikh Ali Jaber sudah kondang, namun mungkin baru kalangan terbatas yang punya ketertarikan dalam mengaji Islam dan hapalan Quran. Namun, kini mungkin bisa kita katakan, hampir seluruh rakyat Indonesia mengenal beliau. Mungkin pula banyak yang mempelajari aktivitas dakwahnya. Semoga dakwah Syaikh Ali Jaber dan ulama lainnya semakin berkembang luas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun