Mohon tunggu...
Taufiqur Rahman
Taufiqur Rahman Mohon Tunggu... Jurnalis - Menulis membuat otak encer dan memperkaya wawasan

Aquarius

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Membangun Imunitas Informasi di Tengah Pandemi Covid-19

1 April 2020   07:29 Diperbarui: 1 April 2020   17:39 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

SEBARAN Covid-19 secara nasional terus berkembang ke berbagai wilayah di Indonesia. Sudah 30 provinsi yang terjangkit hingga tanggal 31 Maret 2020 kemarin, dengan jumlah kasus positif yang terus bertambah yakni 1.528. 

Status lainnya sebagai orang dengan resiko (ODR), orang dalam pengawasan (ODP) maupun yang sudah berstatus pasien dalam pengawasan (PDP) tidak kunjung menunjukkan grafik menurun. Jumlah kematian akibat Covid-19 sudah mencapai 136 orang dan 81 orang dinyatakan sembuh.

DKI Jakarta sebagai ibu kota, menempati daerah tertinggi dengan jumlah pasien positif sebanyak 747 dan meninggal dunia sebanyak 198 orang, meninggal dunia 21 orang. Provinsi Banten sebanyak 142 orang terkonfirmasi positif dan 4 meninggal, Jawa Tengah 93 orang positif dengan 7 orang meninggal.

Jawa Timur, terkonfirmasi sebanyak 93 orang dinyatakan positif, 16 orang sembuh dan 8 orang meninggal dunia. Dalam sebaran peta Covid-19 di Jawa Timur, hanya dua kabupaten yang masih berwarna biru yakni Kabupaten Sampang dan Kabupaten Suemenep di Madura. Bangkalan masih peta orange dan Kabupaten Pamekasan yang pertama di Madura masuk zona merah.

Zona merah Pamekasan termasuk mengejutkan banyak pihak. Sebab baru terkonfirmasi positif setelah 10 hari kematian pasien yang sebelumnya dinyatakan negatif oleh pemerintah Kabupaten Pamekasan. Lima hari sebelumnya, pemerintah secara resmi mengumumkan pasien yang sebelumnya pernah tinggal di Kabupaten Malang, dinyatakan negatif.

Berubahnya status pasien yang sudah meninggal positif ke negatif ini, berdampak negatif kepada masyarakat. Masyarakat menuding bahwa pemerintah Kabupaten Pamekasan melakukan keteledoran serius. Keteledoran tersebut berdampak terhadap situasi dan kondisi orang-orang yang pernah kontak langsung dengan keluarga korban.

Warga yang awalnya enggan menjeguk keluarga korban, berubah menjadi empati. Tidak sedikit orang yang berangkulan, bersalaman, berbicara panjang lebar dan merasakan kesedihan bersama. 

Salah satu warga yang kontak dengan keluarga korban, seketika mendengar informasi positif, orang tersebut tiba-tiba tensi darahnya meningkat ke angka 150.

Faktor ini bisa terjadi karena proses penyampaian informasi tidak tepat. Informasi yang tepat diperoleh dengan cara yang tepat, dari orang atau sumber yang tepat, dan disampaikan dengan media yang tepat. Pernyataan yang disampaikan oleh pemerintah, dinilai tergesa-gesa. Sebab ada dua spesimen yang dites di dua lembaga yang berbeda.

Pengalaman penulis, pihak berwenang saling lempar tanggung jawab untuk menyampaikan secara resmi. Sehingga sempat membuat kebingungan sejumlah jurnalis. 

Ketika pihak berwenang tidak menjawab, maka berbagai spekulasi akan menyebar ke tengah-tengah masyarakat menggunakan kekuatan media sosial. Sebagai dampaknya, informasi tidak bisa disaring dengan tepat sehingga masyarakat menjadi korban atas ketidaktegasan pemegang kewenangan untuk memberikan informasi yang berkualitas.

Informasi yang berkualitas lahir dari sistem informasi berkualitas  pula. Saat ini, informasi merupakan bagian penting bagi kehidupan manusia, karena setip orang sangat bergantung kepada informasi. Orang dan organisasi apapun tanpa informasi, akan tertinggal dan ditinggal oleh peradaban modern.

Informasi yang berkualitas, menurut Mc Leod dan Shell jika memenuhi empat unsur yakni akurat, tepat waktu, relevan dan lengkap. Akurat artinya mencerminkan keadaan yang sebenarnya. Tanpa rekayasa dan tidak disembunyikan. 

Untuk menguji akurasi informasi, bisa dites kepada dua orang atau lebih. Jika mereka memiliki kesamaan jawaban maka informasi tersebut disebut akurat. Tepat waktu artinya, informasi itu tersedia di saat dibutuhkan. Bukan besok, atau bukan beberapa jam kemudian.

Relevan, artinya informasi yang diberikan harus sesuai dengan yang dibutuhkan. Jika masyarakat membutuhkan tentang informasi penanganan Covid-19, akan menjadi tidak relevan jika informasi yang disampaikan terkait dengan bencana longsor di sebuah daerah. 

Terakhir informasi yang lengkap. Informasi ini, didapatkan dengan proses yang tepat melalui orang atau sumber yang, diramu dan dioleh dengan tepat serta disalurkan atau disajikan melalui media yang tepat pula.

Berubah-ubahnya informasi yang disampaikan oleh pemerintah kabupaten Pamekasan, tidak memenuhi unsur sebagai informasi yang berkualitas. 

Justru informasi yang tidak berkualitas tersebut, berdampak kepada menurunnya imunitas tubuh dan batin masyarakat. Apalagi jika masyarakat diserang dengan informasi hoaks, maka tubuh dan batinnya bisa drop.

Oleh sebab itu, untuk membangun imunitas tubuh juga perlu diikuti dengan imunitas informasi. Imunitas informasi akan melahirkan imunitas sosial. Ketika imunitas sosial semakin kuat, maka negara akan kuat. 

Membangun imunitas tubuh secara medis, sudah banyak diulas oleh berbagai pakar kesehatan dan para dokter. Namun jika psikologi manusia yang diserang dengan 'virus' informasi hoaks dan tidak bernutrisi, akan menyebabkan disabilitas sosial.

* Ketua Lakpesdam PCNU Pamekasan dan Pengajar di Fakultas Ushuluddin dan Dakwah IAIN Madura)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun