Mohon tunggu...
Taufiq Firdaus Alghifari Atmadja
Taufiq Firdaus Alghifari Atmadja Mohon Tunggu... lainnya -

Fresh graduate | Ilmu Gizi IPB | Guru Paruh Waktu di Primagama Cimanggu, Bogor | Guru Les Privat | Blogger |

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Terkutuknya (Oknum) POLSEK Ciampea, Bagaimana dengan POLSEK di Sekitar Anda?

18 Desember 2014   13:18 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:04 818
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14188576881546561509

“Money can buy the necessary police order. Justice is sold to the highest bidder”
― Rohinton Mistry, A Fine Balance

MENGERIHKAN! Apa jadinya kalau polisi berlaku sebagai tukang lelang keadilan, termasuk dalam hal pelayanan penanganan pelaporan kasus? Saya hampir tidak percaya. Tetapi, sebagai warga pendatang dari Garut rasanya saya ingin mengulas hal ini. Karena warga di Kec. Ciampea yang saya kenal rupanya tidak atau belum berani untuk menuliskan hal ini. Dan mungkin bisa menjadi bahan kajian kita serta kesadaran bersama bahwa mungkin tidak hanya terjadi di Polsek Ciampea, Kab. Bogor. Atau bahkan parahnya, hal yang akan saya ceritakan ini sudah menjadi rahasia umum? Sungguh MEMALUKAN!

Singkat cerita, teman saya dari yang berdomisili di Kec. Ciampea dalam anggota keluarganya ada yang mengalami perbuatan tidak menyenangkan berupa kekerasan fisik. Memang bukan kejadian pertama kalinya, tetapi karena yang bersangkutan beritikad baik jadi tidak lantas melapor. Nah, pada kejadian berikutnya kawan saya itu sudah tidak bisa sabar-dan sepertinya memang bukan disebut kesabaran kalau berdiam diri terhadap petindasan, pelecehan, dan kekerasan-dan berusaha melaporkan kasusnya itu. Tetapi karena tidak tahu prosedurnya dirinya itu langsung meminta tolong rekan-rekannya untuk memberitahu langkah apa yang harus dipersiapkan. Sempat tanya ke saya juga, namun karena saya pribadi belum pernah berurusan semacam itu jadi saya tidak bisa memberikan jawaban, hanya support bahwa hal itu memang harus dilaporkan.

[caption id="attachment_360141" align="aligncenter" width="360" caption="Jadilah polisi sejati!"][/caption]

Tetapi apa lacur? yang didapatinya malah apatisme dari rekan-rekannya. Katanya, "POLSEK Ciampea tidak bisa dipercaya," atau, "Harus bawa uang ataupun perempuan, kalau mau urusan cepat ditangani pihak POLSEK Ciampea!" Ada juga rekannya yang memberikan saran agar langsung dilaporkan ke yang lebih tinggi daripada POLSEK Ciampea. Mendengar jawaban dari tenggapan-tanggapan tersebut, saya prihatin. Apakah sebusuk dan seterkutuk itukah oknum atau seluruh yang ada di POLSEK Ciampea. Bahkan untuk urusan kasus-kasus besar-menurut kabar-seperti perjudian sabung ayam yang terungkap berlangsung di salah satu perusahaan roti di kecamatan Ciampea itu tidak diketahui atau dilindungi sebelumnya oleh POLSEK Ciampea? Dan ketika yang diatasnya melakukan penggerebekan, oknum-oknum di POLSEK Ciampea seolah-olah juga turut membasmi.

Tidak hanya satu dua orang ternyata yang saya dengar kisahnya tentang tidak menyenangkannya pelayanan dari pihak POLSEK Ciampea, bahkan menurut kabar yang beredar, beberapa oknum di sana berteman akrab atau menjadikan para preman-yang kadang disebut dengan istilah jawara-untuk menjadi kaki tangan mereka. Ini sungguh ironis. Kisah A misalnya, A yang merupakan teman dari kawan saya itu bercerita bahwa dirinya menangkap basah istri kakaknya selingkuh dengan pria lain. Dibawalah istrinya itu untuk dilaporkan, tidak sendiri dan ada saksi, malah yang memberitahukan A adalah sang istri dari lelaki hidung belang yang kabur saat pemeregokkan. Tetapi apa yang terjadi setelah di POLSEK Ciampea?

Si istri yang selingkuh itu masuk ke suatu ruang dengan polisi yang awalnya bersikap cukup welcome terhadap laporan si A, dan setelah keluar si oknum polisi itu malah memberikan saran bahwa kasus ini tidak cukup bukti serta sebaiknya diselesaikan secara kekeluargaan. Nah, A ini kan bukan orang bodoh, sebagai mahasiswa tingkat akhir walaupun bukan jurusan ilmu hukum dia ngerti juga sedikit soal pasal-pasal. Terjadilah cekcok. Sampai-sampai A bilang, "Bapak ini Polisi macam apa?"

Dan akhirnya, selesai. Kasus tidak berlanjut. Tetapi A kemudian bersama kakak laki-lakinya tidak tinggal diam. Dari kabar terakhir, mereka tengah mengurus perceraian. Tetapi sedang alot masalah hak asuh anak dan pembagian harta. Tidak hanya A, ada juga D. Seorang perempuan yang mengalami kasus KDRT, laporannya seperti tidak ditindaklanjuti dan malah diceramahi "Kalau jadi istri seharusnya nurut sama suami, biar nggak kena pukul begini kan?!" OH TUHAN! Saya sampai tidak percaya! Tetapi saya pun tidak bisa mengatakan bahwa rekan-rekan saya itu bohong. Apa mungkin mereka sampai hati berbohong soal seperti ini?

Lalu ada juga U, yang mana ayah tirinya malah punya teman oknum polisi, yang kemudian dibawa untuk mengintervensi ibunya agar menyerahkan sejumlah uang kalau mau jatuh talak dari ayah tirinya itu. GILA! Ini POLISI kok membenarkan PEMERASAN semacam itu? PADAHAL ayah tiri si U itu bangsat dan kelakuan buruknya sudah menjadi rahasia umum di kampung-kampung. Tetapi seperti di atas tadi, kadang, power di luar power memang ada dan butuh untuk eksistensi. Seperti teori konspirasi, bahwa pihak keamanan kadang kala memang mengamankan agar orang-orang nggak benar tetap ada dan kalau bisa dijadikan rekan kerja, namun risikonya mereka pihak berwajib itu siap juga membela orang-orang brengsek itu ketika mengalami hambatan. Semacam simbiosis yang saling menguntungkan. Tetapi BUSUK!

Ah, apakah kita masih di zaman cukong yang memang butuh polisi dan juga preman?! Ini mengerihkan. Bagaimana jadinya kalau the fucking police terus ada di POLSEK-POLSEK, misalnya POLSEK Ciampea yang saya bahas ini? Padahal mereka yang paling dekat dengan rakyat. Seharusnya jadi ujung tombak yang tidak melukai para pencari keadilan.

DAN kadang, rakyat kecil sama tidak berdayanya dihadapan polisi seperti dihadapan setiap kebijakan pemerintah. Mudah-mudahan, pihak yang berwenang melakukan rotasi ataupun mutasi pegawai polisi secara periodik dan melakukan langkah pembaharuan di POLSEK Ciampea, karena sepertinya terkutuknya oknum-oknum di POLSEK Ciampea Kabupaten Bogor itu bukan lagi rahasia umum. Semoga tulisan saya ini menyadarkan kita sekalian agar sadar hukum dan melek hukum, setidak-tidaknya kita harus menjadi pelapor yang cerdas. Jangan mau ditipu dan dikibuli oknum polisi yang terkutuk.

Dan saya berdoa, ke depan polisi di polsek-polsek termasuk POLSEK Ciampea menjadi lebih baik lagi, dan menjalankan tugasnya sebagaimana mestinya. Sungguh pun nominal itu penting, jika kita mengutamakan nilai-nilai, maka nominal itu dengan sendirinya mengikut. Kita, saya khususnya, merindukan polisi sejati. Masih adakah? Atau yang tinggal hanya POLISI TIDUR? Semoga saja masih ada. Amin.

(nama-nama saya samarkan, sedangkan nama oknum polisinya saya tidak tahu karena rekan-rekan yang bercerita kepada saya tidak memberitahukan nama-namanya.) [sumber gambar: www.keepcalm-o-matic.co.uk]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun