Kisah Atu Belah Bahasa Indonesia
Kisah ini terjadi ratusan tahun silam di desa Penarun, Linge, Aceh. Dikisahkan sebuah kehidupan keluarga miskin yang terdiri dari seorang ayah, ibu, dan dua anak laki-laki. Sang ayah berprofesi sebagai seorang petani. Saat waktu luang ia biasanya berburu rusa di hutan. Selain itu, ia juga banyak menangkap belalang di sawah. Walaupun tangkapan belalang hanya sedikit, sang ayah tetap mengumpulkannya sedikit demi sedikit di lumbung padi yang kosong karena paceklik.
Pada suatu hari, sang ayah pergi berburu rusa di hutan. Ia meninggalkan istri dan anak-anaknya dirumah. Saat waktu makan siang tiba, sang anak merajuk karena tidak ada apapun sebagai lauk nasinya. Peristiwa itu menyebabkan sang ibu sangat sedih.
Karena kejadian tersebut, sang ibu menyuruh putranya untuk mengambil belalang di dalam lumbung. Saat si anak membuka pintu lumbung, ia ceroboh, ia lupa menutup pintu lumbung. Hal ini menyebabkan semua belalang keluar dari lumbung.
Ketika ayah pulang ke rumah sehabis berburu, si ayah amat kesal dan Lelah karena ia tidak mendpatkan seekor rusa pun. Ia sangat marah saat mengetahui bahwasannya semua belalang telah keluar dari lumbung. Ia semakin kesal mengingat betapa lamanya ia telah mengumpulkan belalang-belalang itu. Semuanya lenyap hanya dalam sekejap saja. Dalam keadaan lupa diri itu, ia memukul istrinya sampai babak belur. Lalu menyeretnya ke luar rumah.
Sambil merintih kesakitan, sang ibu pergi dari rumahnya. Dengan penuh keputus asaan, sang ibu pergi ke Atu Belah yang senantiasa menerima dan menelan siapapun yang bersedia ditelannya. Niat semacam ini dapat terkabul apabila ia mengucapkan mantra, yaitu mengucapkan kata-kata sambil bernyanyi dalam bahasa Gayo sebagai berikut: "Atu belah, atu bertangkup nge sawah pejaying te masa dahulu. " Artinya: Batu Belah, batu bertangkup, sudah tiba janji kita masa lalu.
Mantra itu terus dinyanyikan secara lembut oleh si ibu. Ketika si ibu menuju ke Atu Belah, kedua putranya mengikutinya sambil menangis.
Setelah si ibu mengucapkan mantra, bagian batu yang terbelah itu terbuka. Tanpa ada keraguan, si ibu masuk ke dalam mulut batu. Sedikit demi sedikit tubuhnya ditelan oleh batu itu.
Ketika putranya tiba di sana, hujan turun deras disertai angin ribut. Bumi terasa berguncang karena sedang menyaksikan Atu Belah menelan manusia. Setelah semua berhenti, putranya hanya dapat melihat rambut ibunya yang tidak ditelan Atu Belah dengan hati yang hancur. Kemudian mereka mencabut tujuh helai rambut ibunya untuk dijadikan jimat.
The Story of Atu Belah
The story was happened hundreds of years ago in Penarun, Linge, Aceh, Indonesia. There was a poor family which consist of a father, a mother, and two sons. The father was a farmer. In his free time, he always hunted deer in the forest. Other than that, he also caught some grasshoppers. Although his catching only a few grasshoppers, he still collected it little by little in an empty barn which caused by famine.