Mohon tunggu...
Taufiq Arrahman
Taufiq Arrahman Mohon Tunggu... Jurnalis - web mahasiswa

katanya lemon segar yaitu lemon yang di iris tipis dan direndam air es

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kisah Atu Belah, Inggris Indonesia

28 Januari 2021   23:40 Diperbarui: 30 Januari 2021   04:53 923
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kisah Atu Belah Bahasa Indonesia

Kisah ini terjadi ratusan tahun silam di desa Penarun, Linge, Aceh. Dikisahkan sebuah kehidupan keluarga miskin yang terdiri dari seorang ayah, ibu, dan dua anak laki-laki. Sang ayah berprofesi sebagai seorang petani. Saat waktu luang ia biasanya berburu rusa di hutan. Selain itu, ia juga banyak menangkap belalang di sawah. Walaupun tangkapan belalang hanya sedikit, sang ayah tetap mengumpulkannya sedikit demi sedikit di lumbung padi yang kosong karena paceklik.

Pada suatu hari, sang ayah pergi berburu rusa di hutan. Ia meninggalkan istri dan anak-anaknya dirumah. Saat waktu makan siang tiba, sang anak merajuk karena tidak ada apapun sebagai lauk nasinya. Peristiwa itu menyebabkan sang ibu sangat sedih.

Karena kejadian tersebut, sang ibu menyuruh putranya untuk mengambil belalang di dalam lumbung. Saat si anak membuka pintu lumbung, ia ceroboh, ia lupa menutup pintu lumbung. Hal ini menyebabkan semua belalang keluar dari lumbung.

Ketika ayah pulang ke rumah sehabis berburu, si ayah amat kesal dan Lelah karena ia tidak mendpatkan seekor rusa pun. Ia sangat marah saat mengetahui bahwasannya semua belalang telah keluar dari lumbung. Ia semakin kesal mengingat betapa lamanya ia telah mengumpulkan belalang-belalang itu. Semuanya lenyap hanya dalam sekejap saja. Dalam keadaan lupa diri itu, ia memukul istrinya sampai babak belur. Lalu menyeretnya ke luar rumah.

Sambil merintih kesakitan, sang ibu pergi dari rumahnya. Dengan penuh keputus asaan, sang ibu pergi ke Atu Belah yang senantiasa menerima dan menelan siapapun yang bersedia ditelannya. Niat semacam ini dapat terkabul apabila ia mengucapkan mantra, yaitu mengucapkan kata-kata sambil bernyanyi dalam bahasa Gayo sebagai berikut: "Atu belah, atu bertangkup nge sawah pejaying te masa dahulu. " Artinya: Batu Belah, batu bertangkup, sudah tiba janji kita masa lalu.

Mantra itu terus dinyanyikan secara lembut oleh si ibu. Ketika si ibu menuju ke Atu Belah, kedua putranya mengikutinya sambil menangis.

Setelah si ibu mengucapkan mantra, bagian batu yang terbelah itu terbuka. Tanpa ada keraguan, si ibu masuk ke dalam mulut batu. Sedikit demi sedikit tubuhnya ditelan oleh batu itu.

Ketika putranya tiba di sana, hujan turun deras disertai angin ribut. Bumi terasa berguncang karena sedang menyaksikan Atu Belah menelan manusia. Setelah semua berhenti, putranya hanya dapat melihat rambut ibunya yang tidak ditelan Atu Belah dengan hati yang hancur. Kemudian mereka mencabut tujuh helai rambut ibunya untuk dijadikan jimat.

The Story of Atu Belah

The story was happened hundreds of years ago in Penarun, Linge, Aceh, Indonesia. There was a poor family which consist of a father, a mother, and two sons. The father was a farmer. In his free time, he always hunted deer in the forest. Other than that, he also caught some grasshoppers. Although his catching only a few grasshoppers, he still collected it little by little in an empty barn which caused by famine.

One day, the father went to hunt a deer in the forest. He left his wife and sons in the house. When lunch time, the oldest son sulked because there is no dish for the rice. Looking for what happened, the mother felt really sad.

Then, the mother told her son to take grasshoppers in the barn. When the son opened the barn door, he was careless, he forgot to close the door. It makes all of the grasshoppers flown out of the barn.

When the father came back to the house after the hunting, he pissed off and tired cause he didn’t find even a deer. He was very angry when he found out that all of the grasshoppers had flown out of the barn. His anger got even bigger while he remembered how long he had been collecting all of the grasshoppers. All of them gone in a short time.  In his unconsciousness, he hit his wife until she battered. Then he dragged her out from the house.

While moaning in pain, the mother went out from the house. In great despair, she went to Atu Belah. Atu Belah is the giant stone which always accept and swallow anyone who willing to be swallowed. This intention can come true if she sings a spell in Gayonese. The spell is “Atu belah, atu bertangkup nge sawah pejaying te masa dahulu." Which means “Split stone, cupped stone, our promise in the past has arrived”

The spell was sang by the poor mother softly. When the mother came to Atu Belah, her sons followed her while crying from the distance.

After the mother sang the spell, the stone was opened. Without any doubt, the mother entered into the stone. Little by little her body was swallowed by the stone. 

When her sons came to Atu Belah, it was raining heavily accompanied by gale. The earth shake cause watched Atu Belah swallowed human. After all things stopped, with the broken heart, the sons only could saw her mother hair which left outside Atu Belah. Then the oldest son cut the seven strands of hair of her mother for their amulets.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun