3. Bahasa dan struktur sosial saling mempengaruhi.
Gagasan ini menunjukkan bagaimana mekanisme non-linguistik didukung oleh fitur linguistik untuk menjaga distribusi gender. Misalnya, dapat dilihat bagaimana bahasa mereproduksi konsep tradisional tentang "feminitas" dan "maskulinitas". Namun, untuk melihat mengapa konsep tradisional ini menindas wanita, sehingga dibutuhkan teori sosial yang ada kaitannya dengan Bahasa.
Perbedaan sifat emosi dan kecerdasan antara pria dan wanita masih relatif dan tidak permanen, sehingga ada sejumlah sifat yang bertukar atau terbalik. Ada sifat-sifat yang dapat menukar antara pria dan wanita, setelah menerapkannya dan menurut mereka dengan hasil representasi gender diperoleh sesuai dengan data cerita rakyat, menunjukkan bahwa sifat ini adalah hasil dari konstruksi budaya sosial yang menguntungkan pria. Pembangunan properti dan pelabelan di atas berkorelasi dengan peran dan hubungan gender yang terjadi.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa gender bukanlah konstruksi atau bentuk sosial yang sebenarnya, bukan bawaan sejak lahir, dan tidak dapat dikatakan sebagai sifat atau ketentuan Allah karena gender terkait dengan proses kepercayaan bagaimana pria dan wanita harus berperan dan bertindak Sesuai dengan tata kelola terstruktur, ketentuan sosial dan budaya di tempat mereka berada.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H