Ketika mendengar kata sholawatan, pasti di benak kalian akan tertuju pada acara kegiatan salah satu organisasi islam yaitu Nahdlatul ulama (NU), Pada umumnya orang beranggapan, bahwa sholawatan merupakan sebuah tradisi dari warga Nahdlatul Ulama untuk memuji baginda Nabi Muhammad SAW.
Sudut pandang saya sebagai kader Muhammadiyah, yang sudah pernah mengikuti acara sholawatan pada Selasa, tanggal 14 November 2023 dalam rangka acara Fakultas Ilmu Tarbiyah Bersholawat UIN Raden Mas Said Surakarta yang mengundang Habib Muh Syafi'i bin Idrus Alaydrus beserta grup hadroh Ahbaabul Mustofa untuk mengisi acara tersebut.
Namun faktanya, acara tersebut tidak hanya dihadiri oleh Nahdliyyin saja. Tetapi juga dihadiri oleh masyarakat selain Nahdliyyin. Salah satunya saya sebagai mahasiswa UIN yang juga kader Muhammadiyah. Menurut saya, sholawatan yang dilakukan Nahdliyyin adalah merupakan salah satu bentuk ekspresi dalam mengagungkan rasa cinta kepada Nabi Muhammad SAW. Bentuk ekspresi seperti ini tentu berbeda pandangan dengan Muhammadiyah.
Jika Nahdliyyin melakukan sholawat dengan bentuk baik lagu, nadhoman, pujian dan lain sebagainya yang diiringi musik rebana, Muhammadiyah melakukan sholawatan dengan cara yang berbeda.Â
Saya hanya melakukan sholawat  yang bagaimana telah diajarkan sejak zaman Nabi SAW, Yang bacaannya seperti dalam bacaan sholawat dalam sholat dan dzikir. Saya pun tidak mempermasalahkan sholawatan yang dilakukan Nahdliyyin, Baginya itu hanyalah bentuk pengekspresian yang berbeda.
Kemudian saya sempat menanyakan kepada teman saya dan juga sebagai mahasiswa Nahdliyyin Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Amiruddin Al Haidar. Menurutnya, sholawatan merupakan bentuk ungkapan bagaimana kita mengingat, menyanjung, dan memuji Baginda Nabi Muhammad SAW dan mengharap syafaatnya kelak di akhir zaman nanti.
Muhammadiyah tak pernah membid'ahkan sholawatan
Merujuk pada putusan-putusan Tarjih, tak ada satu pun putusan yang menyebut bersholawat sebagai perbuatan bid’ah. Sebagai organisasi Islam yang berpedoman pada Al-Quran dan Sunnah sebagai pedoman utamanya, tentu Muhammadiyah tidak mungkin membid’ahkan atau anti-sholawat.
Terdapat ayat-ayat al-Quran maupun hadis-hadis yang secara kualitas masuk kategori sahih, yang memerintahkan untuk bersholawat. Hanya saja Muhammadiyah cenderung mendorong bersholawat sesuai dengan yang diajarkan Nabi Muhammad dan melakukannya dengan cara yang sederhana, berbeda dengan Nahdlatul Ulama yang melakukannya dengan lebih antusias dalam mengekspresikan rasa cinta mereka kepada Baginda Nabi Muhammad SAW.
Â
Jadi kesimpulannya Muhammadiyah tidak pernah  membid'ahkan sholawatan, hanya saja Muhammadiyah cenderung melakukan sholawatan dengan cara yang sederhana.
 Pendapat saya sebagai kader Muhammadiyah, selama kegiatan (sholawatan) itu baik dan bersifat positif, pasti saya antusias dalam mengikutinya. karena bagi saya tidak ada perbedaan antara keduanya terkait hal ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H