Mohon tunggu...
taufiq candra
taufiq candra Mohon Tunggu... Freelancer - Saya adalah mahasiswa di salah satu universitas swasta di Jakarta.

Saya menulis di kompasiana dalam rangka untuk belajar bagaimana menulis yang baik dan menginspirasi orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Penjelasan Ilmiah dari Pertanyaan "Mana yang Lebih Dulu, Ayam atau Telur?"

15 Januari 2018   07:25 Diperbarui: 15 Januari 2018   13:33 4266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ayam merupakan salah satu unggas yang kerap kali dimanfaatkan orang untuk keperluan hidup pemeliharanya. Ayam yang sering kita temui saat ini merupakan keturunan langsung dari salah satu subspesies ayam hutan. Patut diketahui perkawinan silang antarras ayam telah membawa ayam menjadi salah satu komoditas handal dengan ratusan galur unggul atau galur murni dengan berbagai macam fungsi kegunaan, sebut saja seperti ayam potong untuk dikonsumsi, ayam telur untuk dimanfaatkan telurnya, dan lain sebagainya. 

Sebagai hewan ternak, ayam juga dikenal sebagai hewan yang adaptif dan dapat hidup di sembarang tempat asalkan didukung dengan segala ketersedian pangan. Namun, dari semua keunggulan seputar ayam, masih terdapat sebuah pertanyaan yang menjadi sebuah perdebatan panjang di setiap masing-masing sudut pandang insan.

Seperti yang kita ketahui bahwa ayam memang lahir dari sebuah telur, sedang telur sendiri ada karena ayam yang memproduksi. Lalu pertanyaannnya, siapakah di antara mereka yang ada untuk pertama kali. "Apakah ayam duluan ataukah telur duluan?" entahlah keduanya masih menyisakan sebuah tanda tanya besar. Sungguh sebuah perkara yang cukup rumit dan membingungkan serta memerlukan sebuah jawaban segera.

www.thepicta.com
www.thepicta.com
Sampai saat ini perdebatan tentang siapa yang lebih dulu ada di bumi antara ayam dan telur ayam masih dalam zona abu-abu dengan berbagai macam pemikiran yang saling mempertahankan opininya. Bagaimana tidak, sekilas kedua-duanya tampak terkesan masuk akal dan logis jika dipikirkan."Jika tidak ada telur ayam, maka tidak ada ayam, tetapi jika tidak ada ayam yang menghasilkan telur maka tidak juga ada telur ayam."

Terlepas dari itu semua berbagai pihak dari seluruh lapisan elemen keilmuan saling menerka dan berusaha untuk menemukan sebuah jawaban guna memastikan kebenarannya. Namun jangan khawatir, pertanyaan mana yang lebih dulu ayam atau telur kini telah terjawab sudah. Pertanyaan yang kerap kali menjadi teki-teki yang tampaknya iseng dan kerap dilontarkan telah menunjukkan sebuah titik terang. Kita pun mungkin bisa menjawab pertanyaan ini dalam setiap pembicaraan sehari-hari dengan suara lantang bahwa jawabannya AYAM.

"Lalu, bagaimana bisa? Apakah mungkin ayam bisa tumbuh begitu saja?" Sudahlah, lupakan saja segala pendapat kita mengenai telur sebagai jawabnnya yang tak berdasar pada apa pun, sebab para peniliti telah membenarkan ayam yang terlebih dahulu ada. Mari bersama akan saya rangkum sedikit penjelasan singkat mengenai bagaimana bisa ayam menjadi jawabannya.

Begini, secara anatomi ayam betina memiliki ovarium untuk menghasilkan telur yang bermuara ke kloaka. Dalam proses inilah telur yang semula berupa yolk (kuning telur) akan dibungkus dengan cangkang.  Komposisi utama penyusun cangkang telur ayam sendiri adalah kalsium karbonat yang diproses di bagian uterus atau rahim ayam betina. Berdasarkan penelitian biomineralisasi proses kristalisasi kalsium karbonat menjadi bahan cangkang telur terjadi oleh sebuah protein yang dikenal sebagai protein Ovocleidin-17 atau sebut saja OC-17.

www.researchgate.net
www.researchgate.net
Ovocleidin-17 merupakan protein yang ditemukan pada bagian uterus ayam betina sebagai katalisator proses perubahan kalsium karbonat amorfik menjadi kalsium karbonat yang mengkristal. Protein tersebut mengubah kalsium karbonat menjadi kristal kalsit yang membentuk kulit telur. Kristal kalsit ada di berbagai tulang dan tempurung, namun mereka akan terbentuk lebih cepat pada ayam.

Phys.org
Phys.org
Ringkasnya, jawaban dari teki-teki yang sempat dikatakan tak berujung ini telah memperlihatkan titik temu. Singkat cerita, tanpa adanya protein ovocleidin-17, maka proses pembentukan cangkang yang terbuat dari kalsium karbonat tidak akan terjadi.

cdn.idntimes
cdn.idntimes
Semoga dengan tulisan ini akan memberikan manfaat serta menyadarkan kita untuk selalu mencari tahu terlebih dahulu untuk memastikan sebuah kebenaran. Ingat suatu kebenaran tidak akan datang begitu saja tanpa melalui sebuah perjalanan dan penelusuran yang panjang. Oleh karena itu, life is choice. So, what are we waiting for?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun