Mohon tunggu...
taufiq candra
taufiq candra Mohon Tunggu... Freelancer - Saya adalah mahasiswa di salah satu universitas swasta di Jakarta.

Saya menulis di kompasiana dalam rangka untuk belajar bagaimana menulis yang baik dan menginspirasi orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Bromo Menyajikan Perhelatan Pengalaman Tiada Tara

29 Desember 2017   22:55 Diperbarui: 29 Desember 2017   23:02 936
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tak berselang lama mobil jeepkami terhenti dan mempersilahkan kami untuk mendaki sendiri perjalanan menuju puncak Bromo dengan alasan akan sulit bagi mobil kami untuk parkir dan terus melaju ke atas. Tapi aku tidak menyerah sampai di situ, dengan segenap semangat kutorehkan gerap langkah menuju puncak demi mendapat sepucuk harapan melihat Golden sunriseimpian. 

Akhirnya, aku berjalan bersama dengan para penumpang jeeplainnya. Sebaliknya dengan banyaknya wisatawan yang berjalan kaki seakan menjadi sumber rezeki bagi tukang ojek yang memang sudah lama menanti kami para rombongan pembawa uang yang ingin ke puncak impian. Dengan alasan untuk mengurangi lelah aku terima tawaran untuk naik ojek dengan tarif Rp15.000 per orang. Aku pun naik ojek menuju Puncak Penanjakan. Rupanya saudara-saudara, ternyata Puncak Penanjakan itu dekat saja, tidak sampai dua ratus meter. He...he...heemerasa tertipu ya, tapi ya sudahlah yang penting aku sudah sampai di puncak Bromo. Yeaah!

Setibanya di Puncak aku langsung disambut dengan para penjajak jaket hangat untuk mengurangi rasa dinginnya Bromo pagi itu. Namun bukannya sombong, aku memang sudah memiliki sebuah jaket yang telah terbalut di tubuh apalagi aku telah memiliki Kayu Putih Aroma yang selalu siap siaga untuk menemaniku di antara dinginnya hari itu.

Jam empat dini hari, remang-remang fajar mulai datang untuk menyapa para fansnya yang sedang membludak menantikannya sedari tadi. Inilah awal sunriseyang ditungggu oleh ratusan orang yang berada di puncak Gunung Bromo. Ratusan orang berdiri siap siaga dengan kamera masing-masing. Benarlah, di ufuk timur langit mulai memerah pertanda matahari akan terbit. 

Namun sayangnya, lokasi view pointdi Puncak Bromo berkabut. Lagi-lagi cuaca menjadi penghalang pertemuan antara artis dan fans-nya. Banyak para pengunjung  dan begitu pun saya yang tampak harap cemas dan wanti-wanti  dengan keadaan ini, berharap kabut ini segera berakhir menjelang matahari yang akan menyinsing. Namun apa daya, setelah sekian lama ditunggu-tunggu hingga langit tampak asyik membiru, kabut masih tetap anteng-anteng saja bersama kami menutupi harapan untuk melihat fenomena yang dinanti-nanti. 

Sayang sekali, perjuangan kami terbayar sia-sia kali ini dengan menyisakan letih dan lelah di sela-sela tingginya mimpi yang membara. Ternyata, aku tidak berjodoh untuk melihat keindahan Golden sunrise. Kini aku sadar bahwa terkadang kita memang tidak mampu  memaksa ketentuan alam. Bagiku sendiri, ini semacam alasan untuk akan kembali ke sini di lain waktu tentunya dengan membawa cerita yang lain lagi baru pula.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun