Kembali kumencoba menapaki kaki menyusuri tepian jalan, namun tetap tak kutemukan kedamaian. Kutatap lautan yang luas, tetapi hanya riuh yang terpandang. Kapasku yang dulu bersih kini telah menjadi debu. Kain yang dulu putih telah terisi dengan tinta kelabu. Kau buat aku tersipu, tapi bukan malu. Aku tertunduk bukan pertanda takut. Hanya saja detak jantungku yang semakin semrawut. Lemah, resah, bahkan putus asa, kaulah yang benar-benar membuatku sengsara dan terus menderita, bahkan aku nyaris gila.
Kau hanyalah sebuah serpihan debu yang mampu membuatku lesu dan seketika membisu. Air yang jernih telah menjadi keruh dan hatiku yang bersih menjadi terpengaruh. Dirimu membuat aku bahagia, tapi hanya sebatas sejenak. Isi dan cerita hidupku yang berubah hanya meninggalkan luka lara. Aku sangat membencimu meskipun kau selalu dipuja-puja sebab karenamu masa depanku suram dan keluargaku berantakan.Â
Mimpiku telah direnggut olehmu serta namaku telah berganti dan taksesuai dengan yang dulu.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI