Sudah hampir sepekan sejak 29 Oktober - 4 Nopember, saya tampak sedikit sekali memposting artikel di Kompasiana. Selama 7 (tujuh) hari itu, saya hanya berhasil menyelesaikan dan memposting 3 artikel saja dan beraktifitas secara pasif (maksud saya; hanya membaca artilkel dan menyapa). Padahal, sesuai yang saya angan-angankan, seharusnya tidak seperti itu...
Sejak 29 Oktober - 4 Nopember, saya benar-benar kehabisan waktu dan tidak fokus menulis. Ada memang beberapa cerita dan ide, tetapi saya benar-benar kehabisan waktu dan niat untuk menjadikannya sebuah tulisan. Â
Seperti sudah pernah saya bagikan sedikit kisahnya di artikel saya yang lain; selain masih bekerja di perusahaan yang sekarang, saya (memang) sedang menjalankan usaha serupa dengan Tyo, teman saya, yang boleh saya bilang lumayan berhasil itu. Yaitu: berjualan frozen food dan usaha tani (ini saya sebut sebagai rencana A). Tetapi, entah mengapa, hasilnya ternyata tidak sesuai harapan. Usaha/bisnis itu sekarang macet. Berhenti.Â
Agar tidak kentara dan membuat 4 (empat) orang karyawan usaha saya itu merasa syok, saya harus berhati-hati mengemas alasan-alasan untuk menutup/menghentikan usaha dan memberhentikan mereka. Saya harus menyampaikannya dengan bahasa yang santun.
Begitulah alam semesta bekerja. Ada suatu saat rencana kita itu gagal, ada pula suatu saat rencana kita itu berhasil.
Rencana B. Setelah rencana A berhenti, saya harus mengerjakan rencana B. Seperti juga sudah pernah saya tulis di artikel saya yang lain, saat ini saya sedang berada dalam tahap men-develop bisnis yang lain lagi; membuat start-up, yang (barangkali) akan menjadi yang pertama di Indonesia karena service-nya sangat amat unik. Nah, gara-gara rencana B ini, calon-calon investor beberapa kali menghubungi dan meminta kami (saya dan teman saya) mempresentasikan roadmap bisnis plan. Nah, dalam keadaan seperti itu, kembali lagi, menjadi sangat wajar jika kemudian saya menempatkan pekerjaan menulis dalam daftar pekerjaan yang tidak mendesak.
Apa imbas setelah saya menempatkan pekerjaan menulis dalam daftar pekerjaan yang tidak mendesak? Ya, itu tadi: saya hanya bisa memposting 3 (tiga) buah artikel saja hanya dalam waktu seminggu! Ini jelas tidak sesuai rencana saya...
---
"Be there or be square," kata mas Bas, teman saya, suatu ketika..
Terjemahan ugal-ugalannya, menurut saya, adalah; kita memang harus memiliki rencana A dan rencana B. Jangan hanya diam dengan rencana A semata.
Ketika usaha/bisnis berjulan frozen food dan usaha tani saya macet dan berhenti, saya harus memikirkan menjalankan rencana B. Rencana B itu, seperti yang saya sebutkan di atas, adalah membuat start-up. Selain rencana B, saya juga sudah memiliki rencana C.
Begitulah. Saya memang harus teguh memegang dan mempraktekkan "be there or be square". Jangan sampai saya tidak mempunyai rencana.
Saya tidak boleh tidak melakukan apa-apa atau hanya mempertahankan keadaan. Atau yang biasa orang-orang sebut dengan konvensional. Tidak punya rencana dan gamang.
Kelak ketika rencana B sudah berhasil menjadi embrio, atau bahkan sudah launching menjadi sebuah platform, saya ingin sekali menuliskan kisah-kisahnya di Kompasiana. Bahkan, jika mungkin, saya akan mengabadikannya menjadi sebuah buku.. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H