Mohon tunggu...
Taufiq Rahman
Taufiq Rahman Mohon Tunggu... Administrasi - profesional

Menyukai sunyi dan estetika masa lalu | Pecinta Kopi | mantan engineer dan titik titik...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Apakah Kita Hanya Pandai Memeringatinya Saja?

29 Oktober 2020   12:19 Diperbarui: 29 Oktober 2020   17:02 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW hari ini adalah peringatan Maulid yang masih sama seperti peringatan Maulid yang setahun lalu, beberapa tahun yang lalu, atau entah berapa belas atau puluh tahun lalu.

Banyak dari kita yang ternyata hanya bisa memeringatinya saja, tetapi tidak meneladaninya..

Dan, tiba-tiba catatan yang kubaca pagi ini mengingatkanku kembali kepada pertanyaan kecil setahun silam. Yang aku belum bisa menjawabnya. Apakah kita hanya bisa pandai memeringatinya saja?

Benar bahwa mulut-mulut kita memang tak pernah letih menyebut namanya, mengingat tanggal kelahirannya, sejarahnya. Tetapi, ternyata, itu tidak cukup...

Bukankah Ia mengajarkan kita berbuat baik. Lalu mengapa kita gemar merusak, membakar, dan bahkan mengajak membunuh sambil meneriakkan nama Tuhan?
Bukankah Ia mengajarkan kita saling menyayangi. Lalu mengapa kita saling membenci, mencaci dan menghujat?

Bukankah Ia mengajarkan kita agar saling menyemai kasih. Lalu mengapa kepada yang berbeda kita saling memusuhi?

Bukankah Ia berbicara dengan teduh. Lalu mengapa kita kerap berbicara berteriak-teriak, mencela, sumpah serapah, dan kasar?
Bukankah Ia santun jika sedang berucap. Lalu mengapa kita saling menyakiti?

Rasul menyampaikan ayat-ayat Tuhan dengan mengajak. Sedangkan kita berdakwah dengan memaksa - bahkan sesekali mencoba jadi Tuhan.

---

Kita. Ya, kita, ternyata hanya sanggup meneladaninya bersyariat dan barangkali hanya cara berpakaiannya semata, bukan hakikat dan cara hidupnya...

Jadi, jika begitu, apakah kita masih menjadi pengikutnya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun