Mohon tunggu...
Taufiq Rahman
Taufiq Rahman Mohon Tunggu... Administrasi - profesional

Menyukai sunyi dan estetika masa lalu | Pecinta Kopi | mantan engineer dan titik titik...

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Benarkah Investasi Itu Tidak Mengenal Kewarganegaraan?

19 Oktober 2020   12:56 Diperbarui: 20 Oktober 2020   12:24 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: newsbtc.com

SEPERTI diketahui, perang dagang Amerika Serikat-Tiongkok bermula pada Maret 2018, saat setelah Trump secara resmi mengumumkan akan mengenakan bea masuk sebesar US$50 miliar untuk barang-barang Tiongkok. 

Mengapa harus ada perang dagang? Karena Tiongkok, kata Amerika, telah melakukan pelanggaran hak atas kekayaan intelektual milik perusahaan AS yang berekspansi di Cina.

Atau, bisa jadi, Trump sangat marah karena mendengar Beijing mempublikasikan laporan bahwa mereka pernah mencatatkan rekor 275,8 miliar dollar AS surplus perdagangan dengan Amerika Serikat.

Tetapi, meski berita perang dagang terbesar di dunia itu sangat menguras tenaga, uang, emosi dan waktu, tetapi yang terjadi tetap harus terjadi. iPhone 12 adalah seri smartphone terbaru Apple Inc., perusahaan teknologi multinasional Amerika.

Tetapi, meski Apple Inc. adalah perusahaan Amerika, iPhone 12 tetap saja dibuat di Tiongkok. Di pabrik yang bernama Foxconn --yang dimiliki oleh Hon Hai Precision Industry Taiwan.

Karena permintaan sangat meningkat, Foxconn pun harus beroperasi 24 jam sehari untuk memproduksi iPhone 12. Manajemen perusahaan harus membatalkan liburan pekerja dan memperkenalkan lembur wajib dengan bonus menarik untuk staf yang mau bekerja lebih lama.

Salah seorang karyawan mengatakan bahwa pekerjaan lembur meningkat sejak musim panas dan sebagian besar pekerja hanya diizinkan mengambil cuti empat hari per bulan.

"Anda bisa mendapatkan 5.000 hingga 6.000 yuan (US $ 880) per bulan. Dan jika Anda bekerja selama lebih dari 90 hari, ada bayaran khusus (bonus) yang sangat besar," kata salah satu pekerja.

Karyawan lainnya mengatakan perusahaan telah memulai shift malam, dengan jalur produksi beroperasi 24 jam sehari.

"Kami sangat sibuk selama beberapa minggu terakhir karena iPhone 12," kata salah satu pegawai.

Harian Henan melaporkan bahwa otoritas lokal juga memastikan kelancaran operasional pabrik dengan membantu 200.000 orang kembali bekerja secepat mungkin setelah pandemi. Di bulan Juni saja, ekspor dari pabrik Foxconn dikabarkan melonjak 50,6 persen dari tahun sebelumnya, kata salah satu surat kabar.

Fakta dan kabar tentang Foxconn di Zhengzhou itu sangat menarik, saya pikir. Ia tidak saja merepresentasikan kemampuan manufaktur Tiongkok yang tangguh ditengah-tengah upaya dan dorongan kuat dari Amerika untuk melakukan pemisahan, antara ekonomi China dan AS, tetapi juga cukup mengagetkan.

Sudah lebih dari dua tahun hingga kini Amerika danTiongkok masih terus berkutat dalam bingkai perang dagang. Pertanyaan terbesar saya: mengapa iPhone 12 tetap saja dibuat di Tiongkok, di Foxconn yang sedang ramai itu, sedangkan kedua pemimpinnya sedang berseteru?

Kesimpulan apa yang bisa menjelaskan ini?

Mantan Menteri Energi dan Sumber daya Mineral (ESDM) periode 2014-2019, Arcandra Tahar punya alasan menarik untuk menjawab pertanyaan saya. Arcandra pernah mengatakaan (waktu ia berbicara mengenai investasi hulu migas beberapa waktu lalu) bahwa investasi itu tidak melulu soal keadaan politik di satu negara.

Menurutnya, mayoritas investor akan masuk ke dalam proyek migas yang dinilai bisa memberikan profit yang baik bagi perusahaan. "Investasi tidak mengenal kewarganegaraan. Artinya, di mana ada investasi yang menguntungkan, dia akan masuk," katanya dalam satu diskusi daring.

Arcandra Tahar bisa jadi sangat benar. Saya juga sudah mendengar pendapat beberapa teman saya, yang kebetulan menjadi pemilik bisnis, yang mengatakan seperti itu. Mereka itu hampir serupa dengan generasi milenial yang melek teknologi informasi yang, umumnya, tidak tertarik dengan urusan politik. Mereka sangat apatis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun