Mohon tunggu...
Taufiq Rahman
Taufiq Rahman Mohon Tunggu... Administrasi - profesional

Menyukai sunyi dan estetika masa lalu | Pecinta Kopi | mantan engineer dan titik titik...

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Terapi Fasdhu dan Kekuatan Kisah Nyata dari Mulut ke Mulut

25 Agustus 2020   21:55 Diperbarui: 7 April 2021   07:52 9279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi terapi fasdhu yang mirip donor darah. (sumber: kompas.com)

Sumber foto ilustrasi: Shutterstock/Dizzy
Sumber foto ilustrasi: Shutterstock/Dizzy
Tetapi, saya (benar-benar) tidak tahu: apakah pengobatan klasik dengan terapi ini bisa diterima menurut medis atau tidak. Atau bagaimana jika dilakukan oleh bukan ahlinya. Saya tidak tahu sebab saya memang merasa tidak tertarik ikut terapi ini dan tak tertarik mendapatkan referensi dan rujukan. Tetapi, saya melihat sendiri dan tampak nyata, terapi ini sangat banyak peminatnya.

Mengapa terapi ini banyak digemari peminatnya?

Saya (juga) tidak tahu persis jawabnnya. Tetapi, secara umum, saya hanya memahami mengapa mereka lebih memilih terapi alternatif karena beberapa sebab. Pertama, mereka putus asa dan lelah berobat di rumah sakit namun tidak kunjung sembuh. Kedua, enggan berhadapan dengan administrasi yang ribet. Ketiga, karena murah. Pasien yang berobat kerapa diminta membayar dengan bayaran yang seiklasnya.

Namun, bagaimanapun juga, saya bersepakat bahwa pengobatan medis yang didasarkan pada penelitian ilmiah sedang dan akan terus bertarung dengan pengobatan alternatif yang kadang-kadang tidak dapat mereka menangkan. Kekuatan label "cerita nyata" yang dibagi-bagikan dari mulut ke mulut juga telah sukses membuat orang datang berbondong-bondong.

Dan, bagaimanapun juga, saya juga bersepakat bahwa terapi dan pengobatan alternatif itu, dalam banyak kasus dan fakta, nyata-nyata telah membahagiakan banyak orang-orang kecil. Karena murah dan bahkan gratisnya itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun