Kecelakaan maut lalu lintas, lagi dan lagi, terjadi di Tol Cikopo-Palimanan ( Cipali) pada Minggu (23/8/20). Â
Informasi yang saya baca di Kompasdotcom, sebanyak 4 orang meninggal dan 10 lainnya mengalami luka-luka dalam kecelakaan tersebut.
Sebelumnya, hanya berselang dua minggu, kejadian maut yang serupa juga terjadi di Tol Cikopo-Palimanan (Cipali) - jalan tol yang sama. Sebanyak delapan orang dikabarkan tewas dalam kecelakaan maut tersebut, Senin (10/8/20). Kedua kecelakaan mau tersebut menjadi kecelakaan yang kesekian ribu kalinya yang menyebabkan ribuan nyawa-nyawa manusia harus meninggal sia-sia di jalanan.
Apanya yang salah? Manusianya, sistimnya, aspalnya, atau mobilnya?
Saya pernah mendapatkan penjelasan sangat menarik dari teman dekat saya yang bekerja di (departemen) HSE- Health, Safety and Environmental perusahaan minyak dan gas. Menurutnya, kecelakaan lalu lintas itu disebabkan hanya oleh tiga (3) hal. Pertama, kelalaian manusia. Kedua, kelalaian manusia. Dan, ketiga: juga kelalaian manusia.
"Semua kecelakaan disebabkan karena kelalaian manusia," kata teman saya serius.
Pada awalnya, kepada teman saya itu, saya (mengatakan) sangat tidak sependapat dengan argumennya karena (saya pikir) pendapatnya itu seperti 'melawan' teori dan anggapan umum masyarakat. Bukankah, kecelakaan bisa saja disebabkan mobilnya, jalannya, cuacanya, dan lain-lain faktor di luar kendali manusia? Tetapi, anggapan saya itu, ternyata salah. Usai saya ikut aktif sebagai bagian dari tim investigasi yang telah berhasil menyelesaikan belasan laporan investigasi dan (tentu saja) setelah saya memeroleh penyederhanaan analogi dari teman saya, lambat laun saya pun akhirnya mengakui bahwa "semua" kecelakaan (memang) disebabkan karena kelalaian manusia.
Sebagai bagian dan tugas dari tim investigasi saya banyak mengumpulkan data, bahan-bahan untuk penyelidikan, menganalisa data dan informasi yang saya peroleh untuk setiap faktor penyebab yang teridentifikasi untuk menentukan penyebab langsung atau tidak langsung serta mencari akar masalah/penyebab terjadinya peristiwa. Langkah terakhir adalah; membuat rekomendasi tindakan pencegahan dan perbaikan.
Ketika membuat/menyiapkan referensi untuk mendefinisikan tindakaan perbaikan untuk mencegah terulangnya kejadian/peristiwa, saya melihat dan tampak nyata bahwa hanya manusialah yang menjadi akar penyebab terjadinya peristiwa.Â
Dan, dari semua tindakan yang direkomendasikan untuk perbaikan, tampak nyata juga bahwa hanya manusialah yang ditunjuk menjadi eksekutor pelaksana tindakan perbaikan atau koreksi.
Intinya, kata teman saya itu, hanya manusialah yang bisa membuat perencanaan dan melaksanakan rencana sangat penting sebelum kecelakaan terjadi, seperti; apakah saya perlu istirahat? Apakah saya perlu mengemudikan dengan kecepatan 140 km/jam?