Masa terus berganti. Hari dengan cepat berganti bulan dan tahun. Dan, singkat cerita, saya tiba-tiba sudah 7 tahun lebih tinggal di Jakarta. Pernah beberapa kali saya berpindah-pindah kos, tetapi, harganya tak jauh-jauh dari angka 4,5 juta sebulan.
Dan, ya, rasa "sesal" itu tiba-tiba datang begitu saja beberapa bulan yang lalu, setelah 7 tahun lebih saya menyewa kos di Jakarta.Â
Rasa menyesal itu datang setelah saya menghitung-hitung semua pengeluaran selama saya tinggal di kostel dan ketemulah angka 400 juta (12 x 4,5 x 7,8 = 421,2 juta).
Saya adalah termasuk pekerja yang bukan tipe pekerja 'disiplin'. Pekerja 'disiplin' adalah pekerja yang (maaf) disiplin datang tepat jam 8 pagi dan pulang tepat jam 5 sore.Â
Setumpuk aktifitas dan lain-lain, harus memaksa saya terus sibuk dan saya baru bisa (biasanya) pulang ke kosan pada jam 10 malam. Setiap hari seperti itu. Tidak Senin, tidak Sabtu/Minggu.
Dan, itulah yang membuat saya merasa sangat 'menyesal'. Mengapa hanya untuk urusan tidur saja saya harus membuang uang 400 juta lebih? Mengapa saya dulu tak memaksa membeli apartemen atau rumah dan menggunakan bis atau kereta untuk pergi berangkat bekerja?
Saat itu, tahun 2014, seorang sahabat dekat pernah mengajak saya untuk membeli rumah di Depok. Uang mukanya juga tidak seberapa besar. Kini, setelah 7 tahun lebih, saya pun kaget ketika ia berkirim kabar melalui aplikasi pertukaran pesan. "Harga rumah yang 7 tahun lalu saya beli sekarang sudah mencapai 750-an juta, pak, " katanya. Luar biasa.
Usai membaca pesan itu, saya semakin melongo kaget. Saya merasa bukan saja 'kehilangan' 400 juta, tetapi bahkan 750 juta!
Apa pelajaran yang bisa diambil dari pengalaman saya?
--
Apa yang akan saya lakukan setelah ini?