Mohon tunggu...
Taufiq Rahman
Taufiq Rahman Mohon Tunggu... Administrasi - profesional

Menyukai sunyi dan estetika masa lalu | Pecinta Kopi | mantan engineer dan titik titik...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kisah Ros yang Tak Seindah Statusnya di Instagram

22 Juli 2020   17:15 Diperbarui: 22 Juli 2020   18:16 277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

APAKAH Anda pernah mendengar atau membaca pertanyaan seperti ini: benarkah kehidupan 'Selebgram' itu benar-benar indah dan cantik seindah foto-foto yang mereka posting  di akun sosial media mereka? Atau seindah aksara di status-status yang mereka ketik?

Jika Anda memberikan pertanyaan itu kepada saya, saya mungkin akan menjawab: Tidak. Anda setuju? Bisa iya, bisa juga tidak. Tetapi, begini saja, agar Anda tak protes, saya akan menjawab: Belum tentu.

Mengapa?

Meski sedikit kisah yang akan saya tuliskan di artikel ini tidak benar-benar bisa merepresentasikan semua kisah hidup selebgram, tetapi, saya yakin kisah Ros ini akan menjadi kisah yang cukup menarik untuk Anda baca. Setidaknya, begitu lah harapan saya.

Saya kenal Ros, perempuan manis (saya tidak menyebutnya cantik) pemilik salah satu akun IG yang kerap disapa dengan sapaan "hallo selebgram" oleh beberapa followernya. Eh, sebentar, apakah followernya salah menyapa Ros dengan sapaan "hallo selebgram"? Saya tak tahu jawabannya, sebab saya memang tak paham seperti apa ukurannya agar seseorang pantas disebut selebgram atau tidak. Barangkali Anda punya jawabannya.

Yang jelas, yang saya bisa beritahukan kepada Anda, jumlah follower Ros sangat banyak: puluhan ribu orang. Foto-foto yang ia pasang di Googlemap ketika ia singgah di satu tempat lalu dibagikan ke orang-orang, seperti yang saya lihat, sudah dilihat oleh 7 (tujuh) juta orang lebih sekian. Oh ya, sedikit tambahan informasi, Ros juga kerap memenangi lomba 'pamer' foto selfi, memeroleh GA (give away) atau sejumlah uang atas jasanya men-tag akun orang lain.

Barangkali Anda akan bertanya kepada saya: mengapa Ros bisa memiliki follower demikian banyak?

Apakah ia pandai meracik status sebegitu menarik sehingga orang-orang harus merasa rindu membaca statusnya setiap hari? Kurasa jawabannya: tidak!

Apakah ia seorang public figure atau orang yang terkenal? Jawabannya juga tidak.

Lantas, di manakah letak daya tariknya? Wajahnya yang manis adalah jawabannya.

Ya, Ros memang manis. Saya akui itu. Wajahnya putih, bersih, dan matanya indah melembutkan. Ros juga tampak sangat keibuan. Ia, saya kira, memiliki hampir segala yang diimpikan kaum perempuan. Dan, kukira, itu lah daya tariknya.

Setiap kali ia memposting foto, setiap kali itu pula ratusan atau ribuan orang mengomentari atau memberinya like. Nah, untuk status yang menyertai setiap foto yang akan dipostingnya itu, Ros kadang-kadang (atau kerap) memintaku membantunya menyusun larik-larik aksara agar tampak indah dan menarik dibaca orang. Demi seorang sahabat, saya kerap merasa tak kuasa menolak permintaannya setiap kali ia meminta bantuan.     

Ros juga banyak bercerita kepada saya, bahwa ia kerap mendapatkan pesan pribadi dari banyak orang yang memberinya tawaran agar ia mau memberikan testimoni beberapa barang dengan imbalan sekian dan sekian. Tetapi, karena Ros merasa tidak pernah menggunakan barang tersebut atau ia merasa tidak memiliki kemampuan menyusun kata-kata dengan baik, atau ia merasa tak pandai menjual, maka tawaran-tawaran itu pun ia tolak.

Ros begitu disukai followernya. Foto-fotonya selalu dinantikan setiap harinya sekedar agar followernya bisa menikmati wajahnya yang sejuk. Tetapi, inilah topik yang ingin kukisahkan dalam artikel ini: benarkah kehidupan sehari-hari Ros itu serupa dan seindah foto-foto yang ia posting atau sekeren aksara yang ia 'ketik' di akunnya?

Saya yang tadinya mengira dan pernah menyimpulkan bahwa Ros adalah sang "bidadari" yang membuat followernya kerap tergoda untuk sekedar menengoki statusnya, adalah benar-benar seorang 'bidadari'. Tetapi, ternyata saya salah.  

Kisah hidup (sehari-hari) Ros, ternyata, tak ubahnya seperti kisah saya, atau mungkin Anda, dan seperti banyak kisah milik orang-orang lain yang juga pernah menangis, pernah mengalami kegagalan dan kepahitan. Dan, kadang-kadang terjerembab ke dalam kegelisahan.

Ibunya Ros, oleh dokter yang pernah merawatnya, divonis menderita penyakit darah tinggi akut. Maka, sejak ibunya sakit itu, sejak hampir setahun lalu, Ibunya nyaris sudah tak dapat berjalan dengan sempurna. Ia tak bisa bekerja lagi seperti sebelumnya: sebagai buruh tani. Sekarang ibunya hanya bisa duduk di amben kayu setiap harinya.

Ros sebenarnya tidak tega dan kasihan dengan keadaan ibunya. Tapi, ia tak bisa menemaninya di kampung. Ros harus tetap bekerja (di kota) agar ia tetap bisa memeroleh uang dan mengirimkannya ke kampung. Dan, sejak ibunya sakit itulah, beban Ros kini bertambah berat. Perempuan berjilbab itu mengaku hampir seluruh gajinya ia kirimkan setiap bulan ke kampungnya untuk membeli obat, untuk biaya hidup ibunya dan anaknya yang semata wayang. Anda sebaiknya tak usah bertanya dimana tanggung jawab suaminya...

Kepada saya, sudah tak terhitung berapa kali ia menceritakan keluh kesahnya tentang keengganan saudara-saudaranya untuk berbagi penderitaan - membantu ibunya. Setidaknya, ke-empat saudaranya bisa iuran setiap bulannya untuk makan dan membeli obat untuk ibunya. Tetapi alih-alih membantu, yang didapatkannya justru jawaban yang sebaliknya. "Mereka malah sambat ingin meminjam uang dari saya. Padahal, saya sudah tidak bisa menabung lagi sejak Ibu saya sakit, mas," katanya.

Sebulan sekali, sebelum ada pandemi Covid-19,  Ros mengaku pulang ke kampungnya untuk melihat ibunya dan menciumi kening anaknya yang semata wayang - sekedar untuk melonggarkan dadanya yang sesak karena rindu.  

"Kadang-kadang saya merasa sudah tidak kuat lagi, mas," kata Ros dengan mata memerah. Suaranya terbata menahan tangis.    

Kisah hidup Ros, 'selebgram' yang disukai penggemarnya itu (ternyata) yang tak sama dengan foto dan aksara di akunnya. Di akun IG-nya, Ros selalu tersenyum, selalu riang, dan setiap hari menyapa dan menyemangati follower-followernya "My Dear Follower - Jangan Lupa Bahagia hari ini, ya!". Ros boleh tampak bahagia di etalase IG-nya, tetapi tidak di kehidupan nyatanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun