Dan, pekerjaan berat sekaligus 'janggal' itu pun akhirnya datang: Fitri harus bernegosiasi agar pemilik proyek tetap membeli barang yang sudah dibelinya dan termasuk membayar kompensasi-kompensasi lainnya lumayan besar. "Kamu harus berhasil. Dengan cara apapun," demikain pesan bos-nya.
Barang yang dipersengketakan itu tidak murah. Nilainya saja 100 milyar lebih sekian! Jika ditambah biaya dan kompensasi lainya, nilainya menjadi 120 milyar!! Â Â
Kesulitan pertama: barang itu sangat khusus -bukan barang umum. Jika tak digunakan, mungkin mereka akan membuang dan hanya akan menjadi 'sampah'. Begitulah kira-kira. Apakah Client mau 'dipaksa' membayar barang seharga lebih dari 120 milyar untuk sesuatu yang jelas-jelas tidak akan dipakainya, karena proyek itu batal?
Anda boleh belajar dari siapapun cara-cara bagaimana penipu menipu korbannya, menggombalinya, merayu, membuat mereka takluk, dan berhitung, bagaimana probabilitasnya. Catat lalu praktekkan.
Anda juga boleh belajar teori-teori melakukan negosiasi dari buku-buku hebat, menjadikan segala kekuatanmu menjadi bagian dari senjatamu: mungkin perlu drama, sedikit emosi, atau segala metafora, trik, atau sedikit bluffing, dan bagaimana akhir dari pekerjaan Anda? Â
Anda tahu bluffing?
Bluffing adalah upaya untuk 'menipu' lawan Anda dengan membuat mereka berpikir Anda akan melakukan sesuatu padahal Anda benar-benar tidak memiliki niat untuk melakukannya, atau menceritakan bahwa Anda kenal bapak Ini Bapak Itu atau memiliki koneksi yang tidak benar-benar Anda miliki. Intinya: bluffing adalah cara dan 'seni' berkompetisi: untuk membuat lawan Anda menjadi tunduk kepada kemauan Anda. Bluffing kadang-kadang (memang) harus digunakan.
Kesulitan kedua: Siapa sebenarnya pihak yang dihadapi Fitri sehingga saya merasa perlu menyebutnya sebagai pekerjaan yang tidak biasa? Ya, ya, sebaiknya Anda harus tahu siapa yang harus ditemui Fitri.Â
Pihak yang menjadi 'lawan' Fitri, yang harus ia buat takluk pada kemauannya, adalah: pemilik group usaha besar, ketua DPD partai besar, dan orang berpengaruh. Dia adalah Client. Dia adalah pemilik uang. Dia lah yang seharusnya mengatur segala pasal-pasal kontrak. Dia lah yang seharusnya mendikte vendor. Bukan yang sebaliknya.. Â
Bukankah, menurut logika gampangan saya, client seharusnya tidak tunduk pada vendor? Yang ketiga: seperti yang saya tulis di atas, jika Anda adalah pemilik, apakah Anda mau 'dipaksa' membayar barang seharga lebih dari 120 milyar untuk sesuatu yang jelas-jelas tidak akan Anda pakai, karena proyek itu batal?
Akan tetapi, pada akhirnya, setelah belasan bulan, dan puluhan kali rapat negosiasi, inilah kisah hebat itu: Fitri berhasil! Dan, aku terpukau karena kagum..