Mohon tunggu...
Taufiq Rahman
Taufiq Rahman Mohon Tunggu... Administrasi - profesional

Menyukai sunyi dan estetika masa lalu | Pecinta Kopi | mantan engineer dan titik titik...

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Mobil Listrik, Lithium, Ramalan Dahlan, dan Drama Serupa Opera

24 Juni 2020   12:44 Diperbarui: 24 Juni 2020   12:44 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dan, ini juga yang tak kalah menarik, apakah ramalan Dahlan Iskan menemukan kebenarannya bahwa akhirnya asing lah yang akan menjadi pemain mobil listrik?

Di laman yang dikelolanya (https://www.disway.id), Dahlan memang pernah menuliskan uneg-uneg dan rasa 'kesal'nya dengan perkembangan mobil listrik tanah air. Saya yakin Anda sudah tahu apa yang sudah dilakukan Dahlan..

"Tapi tembok yang harus diterobos terlalu tebal," tulis Dahlan di laman Disway.id. Anda sebaiknya tak usah bertanya arti dan makna sebaris kalimat yang ia tulis itu...

"Kini sudah amat terlambat untuk memulai. Indonesia sudah pasti akan menyerahkan pasar ke pihak asing lagi," sambungnya.

Di artikel yang lainnya yang pernah saya baca, Dahlan juga menuliskan uneg-unegnya lagi "Tentu saya senang-senang-sedih. Senang karena mobil listrik menjadi kenyataan. Sedih karena akhirnya harus impor. Terjadilah apa yang harus terjadi: 'zaman mobil listrik' tiba juga di tanah air. Dan sekali lagi kita hanya akan jadi pasar. Bagi mobil listrik asing."

Lantas, apakah kabar Hyundai Motor Group dan LG Chem yang tengah berencana mendirikan pabrik di Indonesia itu, langsung dan tidak langsung, membenarkan ramalan Dahlan seperti yang ditulisnya di disway "Dan sekali lagi kita hanya akan jadi pasar. Bagi mobil listrik asing"?

(Hmm.. sebaiknya saya putuskan membiarkan orang-orang yang berkompeten untuk menjawabnya).

Jika Anda membaca artikel-artikel dan berita di koran dan internet, mungkin pernah mendapat kesan bahwa rencana mobil listrik, lithium dan industri nikel kelihatannya ideal, berjalan semestinya dan beres. Tetapi, saya memiliki pendapat lain: sebenarnya tidak seperti itu!  Persoalan yang muncul, saya meyakini, tidak sesederhana yang tampak di permukaan. Indonesia bisa jadi saat ini sedang menghadapi masalah teknologi lithium yang tidak gampang. Tidak sesederhana seperti yang saya tulis di atas.

Kita barangkali bisa menggunakan Lithium, tetapi: bagaimana nasib kontraktor bahan bakar fosil, sistim transportasi, instalasi yang sudah dan sedang akan dikerjakan? Bagaimana takdir bisnis yang sudah dan sedang berlangsung yang melibatkan puluhan atau ratusan ribu karyawan? Yang melibatkan pihak asing itu? Apalagi tawaran-tawaran yang lebih menarik itu ternyata malah datang dari negeri yang sebagian pihak kurang sukai: Tiongkok!!

Mata dunia kini sedang melihat Indonesia. Melihat dengan nyata kejayaan minyak yang dibiarkan digerogoti Lithium. Biarpun ada Covid-19 dan kemarahan karena kematian George Floyd. Biar pun ada perang dagang Amerika-Tiongkok yang masih seru.

Mobil listrik tak hanya sekedar Lithium dan nikel dan bisnis, tetapi juga politik. Lithium sudah menimbulkan ketidaksenangan dan kegeraman banyak pihak. Lithium akan membuat banyak pihak sekarat dan menunggu ajalnya. Setidaknya drama serupa opera yang kini sedang dipertontonkan menunjukkan kepada kita bahwa Lithium dan nikel itu tak sekedar urusan bisnis semata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun