Mohon tunggu...
Taufiq Rahman
Taufiq Rahman Mohon Tunggu... Administrasi - profesional

Menyukai sunyi dan estetika masa lalu | Pecinta Kopi | mantan engineer dan titik titik...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Monik, Ros, dan Fenomena Prostitusi Online

19 Juni 2020   11:12 Diperbarui: 19 Juni 2020   11:16 310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto ilustrasi: Tirto.Id

Semua kisah tentang perempuan cantik itu berawal secara tidak sengaja, saat suatu sore, ketika ia menawarkan produk investasi keuangan kepada saya, sebelum saya akhirnya tahu siapa perempuan cantik itu, termasuk tentang pekerjaan tambahannya, yang baru saya ketahui beberapa bulan setelahnya.

"Ros," kata perempuan itu mengenalkan.

Ros, wanita lulusan salah satu sekolah tinggi ekonomi itu ternyata berusaha mencari tambahan uang dengan cara bersedia mendampingi client-clientnya bersenandung di tempat karaoke termasuk mempersilakan dirinya diapa-apakan. "Saya butuh biaya untuk ayah dan anak saya mas," katanya berkilah.

Kepada saya, ia mengaku menjalani profesi itu sudah beberapa tahun. Maka, jika saya tak salah menghitung, maka saya menduga sudah tak terhitung berapa ratus atau ribu gelas minuman berisi alkohol yang ia teguk bersama-sama client-nya atau sudah berapa ratus kali ia sudah menuntaskan hasrat semua tamu-tamunya, yang beberapa diantaranya adalah para pembeli produk investasi keuangannya.

Tetapi, Alhamdulillah, Ros agaknya terus berusaha agar takdir baik akan menyapanya. Ia mengharapkan suatu saat ia akan berubah. Ketika itu ia mungkin berpikir jika takdir menginginkannya menjadi baik maka niscaya ia juga akan menjadi baik. 

Maka, sebulan yang lalu, setelah lebih dari setahun saya tidak mendengar kabarnya, tiba-tiba saya memeroleh kabar bahwa Ros kini tak lagi menjalani hidup kelamnya. Untuk menambahi pendapatan, selain tetap menjadi penjual produk investasi keuangan, ia juga menyambi membuka kedai kopi dan makanan di apartemen yang disewanya. "Congrat ya Ros," begitu bunyi bagian akhir chat saya.

Kerasnya kehidupan di kota-kota besar kerap menuntut sebagian orang melakukan pekerjaan apa saja. Tuntutan dan gaya hidup untuk menyesuaikannya datang tak berkesudahan, membuat tak sedikit dari mereka takluk menyerah lalu menjalani pekerjaan di tempat kelam. Mereka tahu bahwa mereka sedang mempertaruhkan nyawa, tetapi mereka tetap menjalaninya demi agar bisa terus 'hidup'.

Hidup dan nasib kadang-kadang berjalan tidak linier. Nasib, usaha, dan takdir adalah seperti keniscayaan yang memeluk manusia dalam lena.

Sumber foto ilustrasi: Tirto.Id
Sumber foto ilustrasi: Tirto.Id

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun