Dengan menggunakan bantuan Google AdSense, kini strategi memasarkan menjadi lebih efektif. Muncullah kemudian pasar bebas dan libertarian, yang dikendalikan oleh algoritma media itu, yang membuat media-media online berebutan di klik oleh jutaan atau miliaran pengguna yang menghabiskan waktu berjam-jam sehari di sistem mereka.
Imbasnya, muncullah kemudian istilah klikbait, yang diperebutkan, yang membuat media-media besar harus berseteru dengan media-media 'murahan'.Â
Mereka berlomba-lomba membuat berita-berita 'murahan' yang memainkan narasi dan emosi manusia sekedar ingin cepat diklik oleh pengguna.Â
Akibatnya, lambat laun kepercayaan publik kepada media mulai tergerus. Ketidakpercayaan ini dengan cepat diisi oleh, siapa lagi kalau bukan media sosial? Para pemesan iklan pun sudah paham mereka harus berbuat apa.
Kepada saya, Rusdi dan Imel, dua orang penjaga kostel yang saya sewa, pernah mengaku satu kali bahwa mereka lebih menyukai Youtube dibanding membaca kabar dari media-media mainstream.Â
Menurut pengakuannya, tak jarang mereka menghabiskan waktu enam sampai delapan jam lebih setiap hari hanya untuk menonton video-video yang tersebar di Youtube.Â
Mereka tak pernah mempermasalahkan kuota, karena toh bisa mengakses dari wifi kostel yang gratis itu. Dari pengakuan mereka, saya pun menjadi percaya mengapa bahan bakar untuk memanasi mesin untuk menggerakkan media-media itu sekarang menjadi seret.
Saya tidak tahu, apakah hasrat memiliki media itu akan datang lagi atau tidak kelak. Atau, jangan-jangan, angan-angan itu akan terus menjadi mimpi?
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI