Jonah Berger, seorang profesor di Wharton School di University of Pennsylvania, pernah meneliti konten apa yang paling banyak dibagikan orang, dan menemukan bahwa konten atau kisah yang memunculkan reaksi emosional positif (kagum, bangga, senang) dan konten dengan emosi negatif (sedih, marah, menangis dan terenyuh) cenderung lebih banyak mendapatkan kesempatan dibagikan daripada konten yang tidak memunculkan perasaan apa-apa.
Namun, beberapa peneliti lain juga menambahkan dan menyimpulkan bahwa kisah atau artikel atau konten yang membuat pembacanya merasakan emosi positif lebih mudah untuk menjadi viral daripada kisah yang memunculkan reaksi emosional negatif atau kisah yang membuat orang merasa sedih, marah dan terenyuh, meskipun, kadang-kadang, dari amatan saya, faktanya, yang terjadi adalah sebaliknya. Â
Menurut amatan saya, kisah yang membuat orang merasa marah, sedih dan menangis, diantaranya seperti kisah Abah Tono, kadang-kadang, juga lebih banyak dibagikan dan disenangi daripada kisah yang membuat orang bangga, kagum dan terinspirasi.
Tetapi, menurut para peneliti tersebut, jika kita memiliki dua pilihan yang berbeda (kisah atau konten itu memunculkan reaksi emosional positif dan negatif), kita tetap disarankan untuk membagi kisah yang memunculkan emosi positif.
Ajakan kepada publik untuk membagikan kisah yang memunculkan reaksi emosional positif perlu dilakukan semata-mata untuk mengubah atau menjadikan seseorang bisa terinspirasi dan membantu orang lain menjadi lebih baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H