Pendapat anak-anak saya tidak lah salah. Terakhir kali, sebelum hari raya 2019 kemarin, saya menyempatkan mampir ke Giant di Maspion Square Surabaya untuk membeli beberapa kebutuhan rumah tangga. Dan, memang benar lah adanya; Giant Maspion tampak sangat sepi. Tidak ada antrian. Beberapa mbak-mbak kasir terlihat duduk-duduk menatap kosong mesin kasir mereka.
Jika kita merujuk ke banyak artikel dan tulisan, ada beragam pendapat dari banyak ahli untuk menjawab pertanyaan mengapa sektor ritel berguguran. Banyak alasan dan rupa-rupa sebab disampaikan mereka. Rhenald Kasali, akademisi dan praktisi bisnis asal Indonesia, pernah mengatakan; lesunya bisnis ritel di Indonesia disebabkan karena ketatnya persaingan ritel modern di kota besar. "Dunia ini sedang shifting," kata Rhenald Kasali.
Mall dan toko besar yang dahulu berjaya dan merebut rejeki toko-toko kecil, sekarang terjungkal. Mereka tidak kuasa melawan teknologi yang mengubah platform hidup, ekonomi dan kehidupan. Anak-anak saya dan teman-teman saya sekarang mengaku lebih senang belanja sesuatu di online dari pada beli di toko atau mall konvensional.
Sama seperti kisah becak, mall dan toko besar kini banyak yang berguguran karena zaman, perubahan gaya hidup dan teknologi, meski (sebenarnya), jika kita melihat iklan, masih ada beberapa gerai besar yang terus bertahan, bahkan malah membesar. Tetapi, kisah gerai Giant, anak usaha PT Hero Supermarket Tbk (HERO), yang kesepian keburu menjadi pembicaraan banyak orang usai kabar rencana penutupan 6 (enam) gerai Giant yang beredar sejak beberapa hari lalu itu dikomentari oleh ekonom Rizal Ramli.
Rizal mengatakan ia sudah meramalkan tutupnya gerai (Giant) pada 3,5 tahun yang lalu.
Ia mengisahkan ramalannya itu di Twitter-nya, Senin (24/6/2019). "Hari ini sektor retail rontok: Giant tutup PHK, 80% Carrefour di jual ke Cina, Krakatau Steel PHK. Investor Cina pesta krn asset price anjlok. Terjadi pergantian pola kepemilikan! Jkw dikibuli," tulisnya.
Usai Rizal menuliskan kisahnya itu, beragam cuitan muncul, dari yang memihak sampai kontra dengan pendapat Rizal. "Pemerintah gak becus!" tulis salah satu netizen.
Benarkah apa yang dikisahkan oleh Rizal itu? Atau rontoknya Giant adalah karena perubahan platform hidup, ekonomi dan kehidupan? Atau karena persaingan bisnis seperti kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution?
Pada akhirnya, kisah sepinya Giant, kini bernasib sama seperti isu-isu seksi yang lainnya. Oleh para elitis, dengan ragam kemasan dan bahasa yang membangkitkan emosi, rupa-rupa isu akan terus dilontarkan dan dijadikan obyek narasi politik dan penegasan ketidakmampuan Pemerintah.