Mohon tunggu...
Taufiq Rahman
Taufiq Rahman Mohon Tunggu... Administrasi - profesional

Menyukai sunyi dan estetika masa lalu | Pecinta Kopi | mantan engineer dan titik titik...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tentang Pulpen

20 Februari 2019   22:41 Diperbarui: 21 Februari 2019   11:27 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pulpen berasal dari bahasa Belanda: vulpen.   

Hampir tidak diketahui dengan pasti sejak kapan dan di mana tepatnya pulpen pertama kali ditemukan. Pada sekitar 400 SM, "pulpen" pertama kali ditemukan manusia. Oleh orang Mesir. Adanya tulisan aksara Hieroglif di atas papirus, disebut sebagai kertas kuno, menjadi bukti tentang penemuan pulpen kuno itu.

Pada abad ke-10 M, manusia berhasil menemukan alat menulis yang lebih modern yang bahannya menggunakan tinta cair.

Ketika itu, tepatnya pada 953 M, Ma'd al-Mu'izz, seorang berkebangsaan Mesir berhasil membuat pulpen dengan penyimpanan tinta.  Pada 25 Mei 1827, Petrache Poenaru berhasil menyempurnakannya dan ia sekaligus memeroleh paten di Prancis untuk penemuannya itu.

Bangsa Mesir telah menorehkan sejarah besarnya dengan menemukan pulpen kuno yang masih ala kadarnya yang setidaknya sudah sangat membantu manusia menuliskan banyak kisah dan sejarah saat itu.

Pulpen adalah benda kecil tetapi jasanya demikian besar untuk manusia. Pulpen bisa dipakai untuk menandatangani kontrak-kontrak negara yang sangat penting. Pulpen juga bisa dipakai manusia untuk mengungkapkan rasa cinta, sebal, marah, senang, rindu dan banyak rasa-rasa yang lainya. Tahukah kita bahwa satu buah pulpen itu ternyata bisa dipakai untuk menuliskan hampir 40.000 kata. Jadi, perasaan mana lagi yang tidak bisa diungkapkan oleh pulpen?                                                                                                      

Tetapi, bagi saya, ternyata, tak sekedar jasa, pulpen juga memberi saya pelajaran.

Pelajaran?

Ya. Benar. Pelajaran. Tidak tahukah kita bahwa setiap pulpen itu selalu meninggalkan bekas sebelum ia kehabisan "nyawa" lalu kita membuangnya? Bukankah, seharusnya, manusia itu juga demikian adanya? Sebelum manusia itu tidak lagi terpakai, manusia juga akan meninggalkan bekas?

Maka pelajarannya adalah: sebelum manusia akan renta direnggut usia atau sebelum tubuh yang dahulu tegap dan angkuh dimakan rapuh, adakah bekas atau jejak baik yang kita tinggalkan?

Pulpen telah mengajari kita hal baik ......

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun