Mohon tunggu...
Taufiq Rahman
Taufiq Rahman Mohon Tunggu... Administrasi - profesional

Menyukai sunyi dan estetika masa lalu | Pecinta Kopi | mantan engineer dan titik titik...

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Di Venezuela, Senjata Penghancur sangat Menakutkan itu Bernama "Ketidakpercayaan"

28 Januari 2019   20:43 Diperbarui: 28 Januari 2019   20:58 791
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keterangan gambar: suasana salah satu demonstrasi di Venezuela (sumber gambar: tribun)

Venezuela (sudah) menyampaikan kepada kita tentang banyak kisah.

Dan pelajaran.   

Venezuela adalah salah satu produsen minyak terbesar di dunia. Cadangan minyaknya adalah sebanyak 296,5 miliar barel di akhir tahun lalu, berdasarkan informasi dari World Energy. Untuk memudahkan kita membayangkan seberapa besar cadangan itu; cadangan minyak Arab Saudi yang kaya raya itu "hanya" 265,4 miliar barel.

Maka, menurut logika gampangan saya, Venezuela seharusnya bisa lebih makmur dibandingkan Arab Saudi. Dan lebih kaya.

Tetapi, kenyataannya tidaklah demikian.

Inflasi kini telah dan terus mengguncang ekonomi negara berpenduduk 32 juta orang itu. Mata uangnya terus merosot. Hingga tak berharga sama sekali.

Dengan mata uang yang tak lagi berharga, kertas tisu dijual 2,6 juta, dan daging ayam dijual 14,6 juta.

Sedemikian tak berharganya, seperti saya baca dari Detik.com, kini mata uang Venezuela pun bahkan dijadikan bahan kerajinan Tas.

Di tengah serangan inflasi yang tidak terkendali, Venezuela kini juga menghadapi kesulitan multi dimensi lain. Yang tak kalah mengerikan dari serangan inflasi. Yaitu: legitimasi Pemilu.

Bisikan-bisikan ketidakpercayaan itu kini terus berhembus. Atau malah sengaja dihembuskan.

Usai Nicolas Maduro (56 tahun) resmi dilantik memimpin kembali Venezuela di masa jabatan kedua pada Kamis (10/1/19) waktu setempat, banyak dari rakyatnya malah tidak mengakuinya. Beberapa negara lain pun kini mengambil sikap yang serupa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun