Mohon tunggu...
Taufiq Rahman
Taufiq Rahman Mohon Tunggu... Administrasi - profesional

Menyukai sunyi dan estetika masa lalu | Pecinta Kopi | mantan engineer dan titik titik...

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Siapa Paling Layak Menjadi Moderator, Karni yang Senior atau Nana yang Tajam?

24 Januari 2019   22:13 Diperbarui: 25 Januari 2019   06:07 1412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: dokumen pribadi

Beberapa hari ini tarik ulur siapa yang bakal memandu debat capres kedua sempat menjadi topik hangat perbincangan publik.

Urusan siapa nama yang akan menjadi moderator debat visi dan misi kini dijadikan soal. Meski tugas seorang moderator debat yang dimaksud hanya akan membaca mata acara dan memastikan debat berjalan sesuai kehendak KPU dan panelis, tetapi tetap saja tarik ulur itu terjadi.

Komisi Pemilihan Umum (KPU) mengatakan ada beberapa nama yang akan menjadi moderator debat capres yang kedua. Ada Karni Ilyas, ada Alfito Deannova, Tommy Tjokro, dan Najwa Shihab. Tetapi, tentu saja, dan sangat mudah ditebak, dua nama yang paling disorot kedua kubu dan publik adalah: Karni Ilyas dan Najwa Shihab.

Najwa Shihab adalah jurnalis sekaligus presenter acara TV Mata Najwa dan Karni Ilyas adalah presenter Indonesia Lawyers Club (ILC). Kedua acara unggulan ini disebut-sebut mampu mengalahkan rating acara-acara hiburan di stasiun TV lain.

Nana (panggilan akrab Najwa Shihab) sudah ditolak oleh Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga. Alasannya: karena Nana terindikasikan berada di kubu Jokowi-Ma'ruf. Mereka mengganggap Nana tidak akan netral.

Lalu bagaimana tanggapan Tim Kampanye Jokowi (TKN) soal nama Karni? Sejauh ini, setidaknya seperti yang saya ketahui, TKN belum secara jelas menerima atau menolak Karni.

"Sudah disampaikan kemarin pada rapat pertama dengan KPU ya sebelum rapat pertama. Itu kita sampaikan, kalau untuk moderator, Bang Karni Ilyas terlalu senior," ujar juru bicara TKN Jokowi-Ma'ruf, Arya Sinulingga.

Lalu, apa pasal sehingga nama Karni dan Nana menjadi topik perbincangan?

Ini karena tak bisa dipungkiri adanya "perang udara" antara TV One yang dipunyai Aburizal Bakrie yang pernah menjadi oposisi dengan Metro TV yang dipunyai Surya Paloh yang berada di belakang Jokowi. Mata Najwa, kini, adalah pesaing terberat acara Indonesia Lawyer Club yang dipandu Karni Ilyas di TV One.

Nana dikenal sebagai jurnalis dan presenter sangat handal. Jurnalis cantik itu, oleh sebagian orang, mungkin sangat ditakuti karena ia mempunyai kemampuan menguliti dan mengoreksi habis-habisan narasumbernya. Pertanyaan-pertanyaannya selalu menohok dan tajam.

Kemampuannya mencermati ketidakkonsistenan jawaban satu dengan jawaban yang sebelumnya bisa menjadi pedang sangat tajam bagi narasumber yang tidak siap dengan data dan angka.

Najwa Shihab sering kali mengoreksi jawaban narasumber dengan pertanyaan-pertanyaan memancing tetapi menjebak.

Namun, bagi sebagian orang, Nana dianggap pewawancara yang kurang etika. Pro dan kontra terhadap performa Nana sebagai host sekaligus pewawancara kerap menjadi perbincangan.

Ya, Nana memang kerap memotong penjelasan narasumber atau kadang-kadang ia malah menjadi investigator -- bukan pewawancara. Sehingga, yang kerap terjadi, jawaban dan/atau penjelasan narasumber yang utuh malah sering tidak (sempat) tersampaikan.

Lalu, bagaimana dengan Karni?

Karni Ilyas adalah tokoh jurnalis dan merupakan wartawan senior yang cukup sukses. Pertanyaan Karni, di Indonesia Lawyer Club, seperti kerap saya lihat, selalu sedikit dan pendek. Ia tampak membiarkan dan memberi peluang pada narasumber untuk mengungkapkan semua jawaban dan penjelasan secara utuh. Dan lengkap.

Banyak pemirsa, dan teman-teman saya juga, mengatakan mereka sangat menyenangi ILC. Diskusi yang terkadang berlangsung hingga larut malam itu hampir tak pernah sepi dari perdebatan pesertanya. Malah adakalanya terasa panas, sebab ada saja narasumbernya yang beradu argument dengan sangat lantang seperti hendak berkelahi.

Tetapi, ternyata, banyak pula teman-teman saya yang tidak menyukainya. Termasuk saya.

Kekurangan ILC, menurut saya adalah: Karni kerap membiarkan narasumber menjawab atau memberikan penjelasan sesuai skenario yang sudah terlanjur disiapkan dari rumah. Semua isu atau tema berusaha ditarik ke skenario itu. Misalnya; saat bicara HAM, jawaban narasumber malah soal agama. Saat bicara ekonomi, jawabanya malah soal ulama.

Sama seperti Najwa, Karni juga pernah disorot dan ramai diperbincangkan. Ini terjadi setelah Lembaga Bahtsul Masail (LBM) PWNU DIY mengeluarkan fatwa haram menonton tayangan Indonesia Lawyers Club (ILC).

PWNU DIY menilai acara ILC  sarat provokasi dan mencemarkan nama baik.

Fatwa haram itu dikeluarkan PWNU DIY hanya beberapa hari usai Mahfud MD, sosok yang tak jadi mendampingi Presiden Joko Widodo sebagai calon wakil presiden, berkisah di acara Indonesia Lawyers Club.

***

TKN sudah "pasti" akan memilih Nana ketimbang Karni. Sebaliknya, BPN juga "pasti" lebih memilih Karni dibanding Nana.

Jadi, mari kita tunggu saja adu kuat lobi-lobi yang bakal dilakukan TKN dan BPN.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun