Ini semua bukanlah untuk keagungankau, tapi agar seluruh bangsaku dihargai oleh seluruh dunia. Seluruh negeriku membeku ketika mendengar Asian Games 1962 akan diselenggarakannya di ibukotanya. Sukarno pernah mengatakan seperti itu.
Ketika itu, 1962, dengan 17 negara peserta, Indonesia merebut 11 medali emas, 12 perak, dan 28 perunggu. Ini membuat Indonesia mampu menempati posisi kedua klasemen umum. 56 tahun lamanya, sejarah ini tak pernah berubah, hingga Asian Games diputuskan kembali diadakan di Indonesia.
Sejarah baru itu pun Akhirnya Terukir
Hari ini, ya, hari ini, sejarah baru itu pun akhirnya berhasil diukir. Setelah 56 tahun itu.
Ya. Indonesia, hari ini, Rabu (29/08/18) benar-benar mengukir sejarah barunya, meraih medali terbanyak sejak negeri ini berpartisipasi di Asian Games. Sejak 1951 dan tahun 1962 yang heroik itu.
Medali emas terus direbut pahlawan-pahlawan negeri, membawa Indonesia yang hebat, yang bertengger di peringkat lima hingga Rabu malam, 29 Agustus 2018. Total 89 medali sudah dipersembahkan. 31 emas, 22 perak dan 39 perunggu.
Bukan main pahlawan-pahlawan negeriku.
Selain Taekwondo sebagai penyumbang emas pertama, cabang balap sepeda nomor downhill, angkat berat, paralayang, panjat Tebing, dayung, wushu, tenis, karate, jetski, dan pencak silat turut mendulang emas.
Kini, dengan melihat statistik perolehan medali hingga Rabu (29/08/18), Indonesia layak bersikap optimis. Apalagi penutupan Asian Games masih menyisakan beberapa cabang olah raga lagi. Semangat atlet yang menaik juga menyiratkan harapan yang besar.
Kini, optimisme untuk menjadi lima besar bukan lagi menjadi bahan kelakar. "Optimis perlu. Tapi harus realistis, " begitu salah satu kelakar ketika mendengar Jokowi mematok target "hanya" 16 emas dan masuk 10 besar di Asian Games 2018.
Hari ini, saya benar-benar tak bisa menyembunyikan rasa bangga yang ada. Rasa bangga saya itu mungkin seperti rasa yang Faisal Bahri tulis ketika ia menyaksikan pertandingan Anthony melawan Yuqi Shi yang sangat emosional itu.