Saya percaya, mereka sadar semua itu.
Dengan media ramai memberitakan deklarasi yang ricuh ditambah dengan ribuan foto "bagus" yang diposting, maka, persepsi bahwa pemerintah memang otoriter, sedang menjalankan dan memelihara sistem-sistem yang pernah dijalankan Orde Baru pun terbentuk dan terpelihara karena menemukan "kebenarannya".
Mari kita simak, usai deklarasi yang ricuh itu, sudah berapa kali muncul tulisan, pikiran dan "kesimpulan" yang diblasting para elitis. Apalagi di panggung linimasa yang memang menjadi panggung edarnya, ribuan komentar yang serupa berseliweran. Mereka ramai mengatakan, penolakan deklarasi adalah cara-cara pemaksaan kehendak ala Orde Baru (Orba). Suaranya sangat ramai.
Mereka bisa memainkan persepsi sambil berharap datangnya simpati politik.
Siapa tidak paham, bahwa rakyat sangat takut mendengar Orba? Orba adalah era dimana kebebasan berpendapat disunat habis-habisan. Pada era Orba, hanya ada dua pilihan: manut atau lenyap.
Kalau ada yang berani mengkritik, mengusik kebijakan, nasibnya bakalan berakhir meringis dijerujikan. Atau di kuburan.
Dengan ramainya linimasi mengomentari ditambah komentar dari para elit, kesan sangat jelas terlihat adalah: rakyat seperti tampak sedang diingatkan (atau mungkin ditakuti?) akan kembalinya gaya-gaya orde baru yang menjalankan pemerintahan dengan prakrik-praktik yang otoriter dan menindas.
Sumber foto: Detik
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H