Mohon tunggu...
Taufiq Rahman
Taufiq Rahman Mohon Tunggu... Administrasi - profesional

Menyukai sunyi dan estetika masa lalu | Pecinta Kopi | mantan engineer dan titik titik...

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Mereka Justru diuntungkan, Meski Deklarasi "2019 Ganti Presiden" Dibubarkan

26 Agustus 2018   17:48 Diperbarui: 26 Agustus 2018   18:31 446
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya percaya, mereka sadar semua itu.

Dengan media ramai memberitakan deklarasi yang ricuh ditambah dengan ribuan foto "bagus" yang diposting, maka, persepsi bahwa pemerintah memang otoriter, sedang menjalankan dan memelihara sistem-sistem yang pernah dijalankan Orde Baru pun terbentuk dan terpelihara karena menemukan "kebenarannya".

Mari kita simak, usai deklarasi yang ricuh itu, sudah berapa kali muncul tulisan, pikiran dan "kesimpulan" yang diblasting para elitis. Apalagi di panggung linimasa yang memang menjadi panggung edarnya, ribuan komentar yang serupa berseliweran. Mereka ramai mengatakan, penolakan deklarasi adalah cara-cara pemaksaan kehendak ala Orde Baru (Orba). Suaranya sangat ramai.

Mereka bisa memainkan persepsi sambil berharap datangnya simpati politik.

Siapa tidak paham, bahwa rakyat sangat takut mendengar Orba? Orba adalah era dimana kebebasan berpendapat disunat habis-habisan. Pada era Orba, hanya ada dua pilihan: manut atau lenyap.

Kalau ada yang berani mengkritik, mengusik kebijakan, nasibnya bakalan berakhir meringis dijerujikan. Atau di kuburan.

Dengan ramainya linimasi mengomentari ditambah komentar dari para elit, kesan sangat jelas terlihat adalah: rakyat seperti tampak sedang diingatkan (atau mungkin ditakuti?) akan kembalinya gaya-gaya orde baru yang menjalankan pemerintahan dengan prakrik-praktik yang otoriter dan menindas.

Sumber foto: Detik

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun