Mohon tunggu...
Taufiq Rahman
Taufiq Rahman Mohon Tunggu... Administrasi - profesional

Menyukai sunyi dan estetika masa lalu | Pecinta Kopi | mantan engineer dan titik titik...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kisah Para Jenius Indonesia, Membanggakan Sekaligus Menyedihkan

1 Agustus 2018   12:19 Diperbarui: 1 Agustus 2018   12:59 546
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: KrJogja

Di tempat yang lain, tim olimpiade sains Indonesia juga mengukir prestasi gemilang di olimpiade internasional bidang kimia dan fisika dengan masing-masing meraih medali emas. Itu terjadi di 50th International Chemistry Olympiad, Slovakia & Czech Republic, dan di 49th International Physics Olympiad di Lisbon, Portugal.

Medali emas untuk bidang kimia diraih oleh Ong Christoper Ivan Wijaya, siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) Kristen YSKI, Semarang. Sedangkan untuk bidang fisika diraih oleh Johanes, siswa SMA Kristen Frateran, Surabaya.

Selain membawa medali emas, Indonesia juga berhasil meraih satu medali perak oleh Abdullah Muqoddam dan dua medali perunggu oleh Rizki Kurniawan dan Muhammad Syaiful.

Sekali lagi, tidak bisa dipungkiri, Indonesia memang adalah tempat para jenius lahir. Namun, sebenarnya, ada satu pertanyaan kecil di kepala saya dan mungkin juga di kepala banyak orang; benarkah mereka adalah aset negeri?

Usah ditanya dimana para jenuis itu akhirnya bekerja. Rata-rata, seperti saya kutip dari Cendikia Diaspora Indonesia, para jenius itu pun akhirnya terpaksa "dibajak" oleh negara maju. Mungkin benar bahwa ada beberapa para jenius yang tetap bekerja mendedikasikan ilmunya di negeri sendiri, tetapi saya kira tidak banyak.

Apa boleh buat, Indonesia harus mengakui, bahwa iklim teknologi dan penelitian di Indonesia memang belum membaik, karena alokasi dana untuk teknologi dan penelitian juga masih kalah dibandingkan dengan apa yang dilakukan negara-negara maju. 

Data dari Bank Dunia pada tahun 2013 melaporkan bahwa alokasi dana untuk riset Indonesia hanya sebesar 0,08 persen dari produk domestik bruto (PDB). Coba bandingkan dengan yang dilakukan negara maju, dimana hampir 4 persen dari GDP mereka dialokasikan untuk riset.

Pun tak usah bicara soal gaji. Di Amerika Serikat, rata-rata gaji untuk peneliti pemula yang baru lulus program doktor berkisar US$ 60 ribu pertahun, atau hampir 900 juta setahun.

Bagi mereka (negara maju), riset adalah modal untuk menguasai dunia kelak, termasuk yang sedang gencar dilakukan saat ini; riset dalam bidang sirkuit. Maka, kita menjadi tak heran membaca berita jika perusahaan semikonduktor, misalnya Superconducting Quantum Circuit getol memekerjakan para jenius. Jika para pembaca belum tahu tentang superconductiong, sedikit gambaran, bahwa superconducting adalah  komponen sangat penting untuk komputer kuantum. 

Banyak media menulis, dan saya juga sependapat, bahwa superkonduktor, semikonduktor, atau trapped ion bakal menjadi penguasa dunia kelak. Dunia akan segera berubah karena teknologi semikonduktor.

Sumber foto: KrJogja
Sumber foto: KrJogja

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun