Mohon tunggu...
Taufiq Rahman
Taufiq Rahman Mohon Tunggu... Administrasi - profesional

Menyukai sunyi dan estetika masa lalu | Pecinta Kopi | mantan engineer dan titik titik...

Selanjutnya

Tutup

Politik

Zaadit yang "Gahar" dan NU yang Pendiam di Antara Hiruk Pikuk Politik Terkini

10 Februari 2018   07:25 Diperbarui: 10 Februari 2018   08:16 1337
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Zaadit yang sebelumnya nyaris tidak dikenal tiba-tiba nge-hit.Siapa sangka, anak muda itu bisa ikut memberi warna dan memeriahkan hiruk pikuk politik elit seminggu terakhir.

Zaadit yang mengawali aksi fenomenalnya pada Jumat (2/2/2018) tengah hari itu membuat banyak kalangan terhenyak. Semua orang tidak menyangka Zaadit akan melakukan aksi "kurang ajar" itu. Bagaimana tidak, aksi kartu kuningnya itu dilakukan di forum resmi di hadapan para Guru Besar, dimana Presiden Jokowi sedang berdiri.

Aksi Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Indonesia itu tentu saja menjadi sorotan publik. Tindakannya itu menuai pendapat pro dan kontra masyarakat hingga beberapa media pun terpaksa mengadakan polling.

Banyak yang menyayangkan, tetapi banyak juga yang memujanya. Ia dianggap sebagai 'Penyelamat' warga Agats dan dinilai menjadi bagian penting dari bangkitnya dinamika aktivis muda.  

Walah.. walahhhh!

"The time comes now," begitu batin para elit politik menyikapi aksi Zaadit. Maka, mereka pun sontak bersorak menyambut momen sangat langka itu. Lawan-lawan politik Presiden Jokowi bergegas melakukan aksi susulan. Tidak lama berselang, Partai Amanat Nasional (PAN) menggelar Diskusi Kartu Kuning dan Gerakan Mahasiswa Zaman Now. Tidak lama kemudian aksi 'kartu merah' Ketua Dewan Kehormatan PAN Amien Rais sembari ia memuji aksi anak muda tersebut.

Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah juga tak mau ketinggalan. Ia juga mengeluarkan kartu merah untuk Jokowi. Fadli Zon juga melempar opini serupa.

Zaadit pun sontak menjadi semakin terkenal. Hingga seorang Najwa Shihab pun sampai merasa harus mengundang anak muda itu hadir dalam acara Mata Najwa Trans 7 edisi 7 Februari 2018 kemarin. Di sana, Zaadit duduk bersama menteri dan sejumlah narasumber terkenal lainnya. Ada Moeldoko juga di acara malam itu. 

Zaadit semakin nge-hit! Namanya ramai diperbincangkan di sosial media. Bahkan, tagar #KartuKuningJokowi dan "Ketua BEM UI" sempat menjadi trending topik di lini masa twitter. 

Tak cukup hadir di acara Mata Najwa di trans 7, aksi Zaadit juga memaksa Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid ikut berkomentar. Sebelumnya presiden Jokowi juga sudah memberikan pernyataan dan komentar.  

Wah.. wahhh hebat lah si Zaadit itu! Ia benar-benar membuat Jakarta dan linimasa menjadi riuh seminggu terakhir.

Jika Jakarta dan media masa sibuk luar biasa memberitakan Zaadit, ternyata tidak demikian halnya dengan Tim NU Peduli Kemanusiaan, meski keduanya mengusung topik yang sama yaitu tentang Agats. Yang membedakan adalah, yang satu dalam bentuk narasi, yang satunya lagi dalam bentuk aksi.

Tanpa pemberitaan mencolok dan komentar, tim NU Peduli Kemanusiaan itu ternyata sudah berada di lapangan. Tim Peduli itu disambut hangat PCNU Kabupaten Asmat dan juga sesepuh kampung Syuru. Sebelumnya, tim kemanusiaan itu juga sudah mematangkan program yang akan dilaksanakan dengan cara melakukan koordinasi dengan pemerintah dan juga para tetua adat.

Di Agats, Tim NU Peduli Kemanusiaan memberdayakan tim lokal dan melibatkan NU. Bersama tokoh agama dan tokoh adat, mereka melakukan program berkelanjutan, memberikan sosialisasi, memberi bantuan makanan dan gizi kepada anak-anak Agats dan melakukan pemantauan perkembangan program dan kondisi anak yang malnutrisi. 

Apa yang dilakukan tim NU Peduli Kemanusiaan itu membuat saya dan banyak orang terkesan. Itu adalah bentuk nyata tanpa narasi kepeduliaan NU terhadap bencana kemanusiaan. Mereka benar-benar bekerja dalam senyap. Di tempat yang terpencil, jauh dari hingar bingar Jakarta.

"Hiruk pikuk politik negeri pasti akan terasa sepi sebulan penuh seandainya tidak ada Zaadit ya bang,' kataku berseloroh pada sahabatku.

"Berita soal anak muda itu begitu luar biasa. Ramai. Beritanya mengalahkan banyak kisah heroik keberhasilan teman-temannya mengharumkan nama Indonesia di ajang bergengsi olimpiade science," aku melanjutkan kalimatku sambil menghabiskan sisa kopi malam kemarin.

Dik Zaadit, sebelum saya akhiri tulisan ini, boleh saya mengatakan sesuatu kepadamu? 

Begini dik! Apa yang sedang kamu anggap "benar" hari ini akan berbeda dengan "benar" ketika kelak kamu bekerja menjadi karyawan (bawahan) atau menjadi atasan (manager) atau pemilik perusahaan. Bahkan, mungkin kamu akan alergi dan mentertawakan caramu hari ini kelak ketika kamu berhasil menjadi penjabat negara.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun