Jika Jakarta dan media masa sibuk luar biasa memberitakan Zaadit, ternyata tidak demikian halnya dengan Tim NU Peduli Kemanusiaan, meski keduanya mengusung topik yang sama yaitu tentang Agats. Yang membedakan adalah, yang satu dalam bentuk narasi, yang satunya lagi dalam bentuk aksi.
Tanpa pemberitaan mencolok dan komentar, tim NU Peduli Kemanusiaan itu ternyata sudah berada di lapangan. Tim Peduli itu disambut hangat PCNU Kabupaten Asmat dan juga sesepuh kampung Syuru. Sebelumnya, tim kemanusiaan itu juga sudah mematangkan program yang akan dilaksanakan dengan cara melakukan koordinasi dengan pemerintah dan juga para tetua adat.
Di Agats, Tim NU Peduli Kemanusiaan memberdayakan tim lokal dan melibatkan NU. Bersama tokoh agama dan tokoh adat, mereka melakukan program berkelanjutan, memberikan sosialisasi, memberi bantuan makanan dan gizi kepada anak-anak Agats dan melakukan pemantauan perkembangan program dan kondisi anak yang malnutrisi.Â
Apa yang dilakukan tim NU Peduli Kemanusiaan itu membuat saya dan banyak orang terkesan. Itu adalah bentuk nyata tanpa narasi kepeduliaan NU terhadap bencana kemanusiaan. Mereka benar-benar bekerja dalam senyap. Di tempat yang terpencil, jauh dari hingar bingar Jakarta.
"Hiruk pikuk politik negeri pasti akan terasa sepi sebulan penuh seandainya tidak ada Zaadit ya bang,' kataku berseloroh pada sahabatku.
"Berita soal anak muda itu begitu luar biasa. Ramai. Beritanya mengalahkan banyak kisah heroik keberhasilan teman-temannya mengharumkan nama Indonesia di ajang bergengsi olimpiade science," aku melanjutkan kalimatku sambil menghabiskan sisa kopi malam kemarin.
Dik Zaadit, sebelum saya akhiri tulisan ini, boleh sayaÂ
Begini dik! Apa yang sedang kamu anggap "benar" hari ini akan berbeda dengan "benar" ketika kelak kamu bekerja menjadi karyawan (bawahan) atau menjadi atasan (manager) atau pemilik perusahaan. Bahkan, mungkin kamu akan alergi dan mentertawakan caramu hari ini kelak ketika kamu berhasil menjadi penjabat negara.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H