Mohon tunggu...
Taufik Umar
Taufik Umar Mohon Tunggu... -

Taufik umar.....lahir d Cirebon Mahasiswa universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Perspektif Pers Islam di Indonesia

25 September 2012   21:47 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:41 342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Pers Islam di Indonesia

Disusun Guna Memenuhi Tugas mata  kuliah Jurnalistik

Dosen Pengampu:

Supadiyanto,S.sos.I

disusun oleh:

TAUFIK UMAR (1O210028)

Email: u.taufik@ymail.com

hp.08176508632

JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH

UIN SUNAN KALI JAGA YOGYAKARTA

2012

BAB I

A.PENDAHULUAN

Pers Islam sebagai media dakwah, tentunya tidak dibatasi pada sisi kepentingan semata. Mengingat banyaknya lapisan kultur, budaya dan agama di Indonesia, maka Pers Islam cenderung menyesuaikan dengan pasarnya. Dewasa ini belum terlihat Pers Islam yang benar-benar mencerminkan nilai Islam secara penuh, baik dari kemasan maupun isinya.

Terlepas dari kemasan ataupun tampilan, keberadaan pers Islam sebagai media dakwah sedikit banyaknya telah berperan aktif dalam pembentukan karakter bangsa Indonesia. Dan pers Islam disini bukan hanya dilakukan oleh orang-orang yang semata-mata memang berhaluan kesana, misalnya pesantren, ulama, dsb. Namun, kini banyak orang atau lembaga yang tidak terlalu fokuspun banyak yang menerbitkan yang namanya pers Islam. Tinggal disini kita harus membatasi, mana yang memang membawa kepentingan umat Islam dan mana yang tidak. Dalam arti, menghindari pers Islam yang hanya berorientasi pada kepentingan bisnis dan pasar semata.

Perkembangan media dewasa ini, memungkinkan terjadinya persaingan ataupun perang media. Dan disini, peran pers Islam harus mampu menandingi dan menetralisir segala kekeliruan yang dilakukan media lainnya. Sebagai media dakwah, sudah semestinya pers Islam bersifat provokatif dan melakukan agitasi-agitasi yang dapat mempengaruhi pembacanya dan ini dapat dilakukan dalam berbagai cara serta pendekatan

A.Latar Belakang Masalah

Di era Digital sekarang ini merupakan tangtangan sekaligus peluang bagi Syiar islam . Para mubaligh,aktivis serta umat islam secara syar’i untuk melakukan dakwah islamiyah seperti yang dijelaskan dalam Firman Allah  Surah Al-imran (3) ayat 104

Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar merekalah orang-orang yang beruntung.

Dalam mennyampaikan dakwahnya mereka (subyek dakwah)harus mampu menyesuaikan diri guna memanfaatkan era peralihan dari analog kedigitalisasi seperti sekarang ,ada yang nama internet android leptop dll,jelasnya para mubalig saat ini selain harus berdakwah bilisan dakwah juga harus memanfaatkan teknologi yang sedang berkembang serti internet dan jejaring sosial

Dakwah bil qolam(umumnya biasa disebut pers)mempunyai banyak keistimewaan diantaranya adalah cakupan lebih luas , dapat menjangkau semus lapisan masyarakat dan pesan yang disamapikan dapat di baca secara berulang ulang dan lebih mudah dipahami.melalui informasi –informasi yang dihasilkan sebagai hasil keja jurnalitiknya,pers dapat merangsang proses pengambilan keputusan ,serta membantu mempercepat proses peralihan masyarakat dari tradisional ke moderen (era digital)yang meliputi beberapa hal diantranya:

1. Apa pengetian  pers?

2.Pengertian Pers Menurut Para Ahli?

3.Bagaimana Sejarah Berdirinya pers islam

4. Karakteristik apa yang harus dimiliki pers islam?

BAB II

PEMBAHASAN

A.Pengetian Pers

Istilah “pers” berasal dari bahasa Belanda, yang dalam bahasa Inggris berarti press. Secara harfiah pers berarti cetak dan secara maknawiah berarti penyiaran secara tercetak atau publikasi secara dicetak (printed publication).

Dalam perkembangannya pers mempunyai dua pengertian, yakni pers dalam pengertian luas dan pers dalam pengertian sempit. Dalam pengertian luas, pers mencakup semua media komunikasi massa, seperti radio, televisi, dan film yang berfungsi memancarkan/ menyebarkan informasi, berita, gagasan, pikiran, atau perasaan seseorang atau sekelompok orang kepada orang lain. Maka dikenal adanya istilah jurnalistik radio, jurnalistik televisi, jurnalistik pers. Dalam pengertian sempit, pers hanya digolongkan produk-produk penerbitan yang melewati proses percetakan, seperti surat kabar harian, majalah mingguan, majalah tengah bulanan dan sebagainya yang dikenal sebagai media cetak.

Pers mempunyai dua sisi kedudukan, yaitu: pertama ia merupakan medium komunikasi yang tertua di dunia, dan kedua, pers sebagai lembaga masyarakat atau institusi sosial merupakan bagian integral dari masyarakat, dan bukan merupakan unsur yang asing dan terpisah daripadanya. Dan sebagai lembaga masyarakat ia mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lembaga- lembaga masyarakat lainnya.

Pers adalah kegiatan yang berhubungan dengan media dan masyarkat luas. Kegiatan tersebut mengacu pada kegiatan jurnalistik yang sifatnya mencari, menggali, mengumpulkan, mengolah materi, dan menerbitkanya berdasarkan sumber-sumber yang terpercaya dan valid.

B. Pengertian Pers Menurut Para Ahli

·Wilbur Schramm, dkk dalam bukunya “Four Theories of the Press” mengemukakan 4 teori terbesar dari pers, yaitu the authoritarian, the libertarian, the social responsibility, dan the soviet communist theory. Keempat teori tersebut mengacu pada satu pengertian pers sebagai pengamat, guru dan forum yang menyampaikan pandangannya tentang banyak hal yang mengemuka di tengah-tengah masyarakat.

·Sementara Mc. Luhan menuliskan dalam bukunya Understanding Media terbitan tahun 1996 mengenai pers sebagai the extended of man, yaitu yang menghubungkan satu tempat dengan tempat lain dan peristiwa satu dengan peristiwa lain pada momen yang bersamaan.

·Menurut Bapak Pers Nasional, Raden Mas Djokomono, Pers adalah yang membentuk pendapat umum melalui tulisan dalam surat kabar. Pendapatnya ini yang membakar semangat para pejuang dalam memperjuangkan hak-hak bangsa indonesia pada masa penjajahan belanda

C.Sejarah Berdirinya pers islam

Lahirnya pers Islamis di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari pengaruh sejarah politik Indonesia sendiri. Pasang-surut politik berikut pergantian atau perubahan konstelasi politik yang berpengaruh terlihat sangat mewarnai eksistensi pers Islam. Tradisi pers yang hidup sejak awal abad ke-20 tidak memberi jaminan bagi satu pun penerbitan pers Islam untuk menjadi sebuah media besar dalam usia cukup panjang.

Harian Pelita yang terbit sejak tahun 1974 dan menjadi alternatif koran Islam setelah dibreidelnya Harian Abadi, pernah mencapai oplah di atas 200 ribu pada kurun waktu antara 1977 dan 1982. Pencapaian oplah sebesar itu sekaligus membuat Pelita mengukir sejarah sebagai koran yang pernah mengalahkan harian Kompas, walaupun hanya beberapa saat.

Tetapi karena berbagai bentuk tekanan politik, mulai dari pembreidelan berulang-ulang, upaya persuasi tokoh-tokoh muslim Golkar hingga senjata Undang-undang yang menekan dengan persyaratan modal, Harian Pelita akhirnya menyerah kepada Golkar. Dan sejak jatuh ke pelukan partai penguasa jaman Orde Baru ini, Pelita pun menjadi koran dengan ideologi “Islam Pembangunan”.

Hubungan masyarakat Islam dan negara memang berada pada titik terburuk pada paruh pertama dekade 1980-an sejalan dengan meningkatnya kontrol negara atas kekuatan masyarakat sipil. Pada masa itu bukan hanya penerbitan pers yang mendapat tekanan dan kontrol ketat, tetapi juga penerbitan buku dan forum-forum ceramah agama Islam.

Sasaran kontrol pada politik ini sekaligus menggambarkan pola hubungan antara masyarakat sipil dan negara pada masa itu yang agak berbeda dengan masa akhir 1970-an. Di akhir tahun 1970-an, ketegangan antara unsur masyarakat sipil dan negara dalam hal ini pemerintah lebih banyak melibatkan tokoh-tokoh mahasiswa dan intelektual kritis. Ketegangan itu juga ditandai oleh bentuk penahanan tokoh-tokoh tersebut, pembreidelan buku-buku dan koran mereka, dan berbagai bentuk kontrol sistematis lainnya.

Di pertengahan dekade 1980-an, dominasi negara atas berbagai unsur masyarakat sipil berada pada puncaknya. Masyarakat hampir tidak memiliki saluran artikulasi politik alternatif yang memadai untuk mempengaruhi sikap penguasa. Partai politik yang seharusnya menjadi saluran formal untuk aspirasi politik juga berada di titik kelemahan terendah, setelah diberlakukannya asas tunggal Pancasila.

Kelompok masyarakat sipil dari unsur Islam tentu saja paling dirugikan oleh situasi ini. Pers yang aspiratif terhadap umat Islam nyaris tidak ada. Partai Persatuan Pembangunan (PPP) sebagai partai politik Islam bukan saja ditetapkan harus kalah oleh sistem pemilu dan sistem keanggotaan parlemen, tetapi juga makin tidak berdaya karena harus berasas tunggal dan mengganti lambangnya.

Sikap represif maupun politik kooptasi pemerintah Orde Baru itu tentu saja tidak mampu menutupi semua informasi tentang berbagai kebobrokan administrasi pemerintahan dan perilaku elite penguasa. Di kalangan masyarakat Islam, represi dan politik kooptasi terhadap tokoh-tokoh dan pers Islam malah membuahkan kanalisasi arus informasi ke media-media informal.

Sebagai reaksi atas represi dan kontrol ketat oleh negara tersebut, pemanfaatan media media-media intern dan media dialogis meningkat, terutama di kalangan mahasiswa yang berbasis di masjid-masjid kampus dan kalangan pemuda yang tergabung dalam organisasi-organisasi pemuda mesjid. Sementara di kalangan kaum muda independen, kanalisasi itu muncul dalam bentuk-bentuk kelompok diskusi dan peningkatan kreatifitas menulis.

D.Karakteristik Pers Islam

Pers Islam harus berusaha membentuk karakteristik sebagaimana sifat-sifat dasar Rasulullah Saw yang terdiri dari; shiddiq, amanah, tabligh dan fathonah. Sehingga dalam hal ini, pers islam harus mampu meneladani sifat-sifat dasar tersebut sebagai suatu bagian dari meneladani akhlak Rasulullah saw.

Allah SWT berfirman:

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (Q.S. Al-Ahzab [33]: 21).

Penjelasan mengenai sifat-sifat dasar Rasulullah saw dan apa yang harus dilakukan pers Islam dalam meneladaninya diterangkan sebagaimana berikut ini:

1.Shiddiq

Shiddiq berarti benar. Maksudnya, Nabi Muhammad saw adalah pembawa kebenaran. Apa yang diucapkan Nabi saw adalah kebenaran yang bersumber dari Allah SWT, sebagaimana firman-Nya: Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).(Q.S.An-Najm[53]:4).

Sebagai pembawa kebenaran, Nabi Muhammad saw tentunya memiliki kepribadian yang sangat jujur. Bahkan sebelum diangkat menjadi Nabi dan Rasul, beliau memiliki kepribadian yang sangat jujur sehingga mendapat gelar Al-Amin (orang yang dapat dipercaya) dalam lingkungan sosialnya.

Maka apa yang seharusnya dilakukan pers Islam dalam meneladani sifat siddik tersebut adalah menyajikan pemberitaan atau isi siaran yang jujur; fakta dan data diterangkan secara benar, objektif, dan jelas sumbernya, kemudian berpihak kepada ideologi Islam.

2. Amanah

Amanah berarti bahwa Rasulullah Muhammad saw adalah pribadi yang sangat bertanggung jawab terhadap suatu pekerjaan atau apa saja yang diembankan kepadanya. Sehingga beliau adalah pribadi yang selalu melaksanakan segala urusan yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya, menepati janji, dan tidak pernah berkhianat.

Allah SWT berfirman:

Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesunguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha Melihat. (Q.S. An-Nisa [4]:58)

Maka dari sini, pers Islam yang meneladani sifat amanah adalah pers yang bekerja secara profesional, proporsional, objektif, dan bertangung jawab sosial.

3. Tabligh

Tabligh berarti menyampaikan. Maksudnya, Rasulullah saw selalu menyampaikan ajaran Islam kepada umatnya.

Allah SWT berfirman:

“Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan dari Tuhanmu..”(Q.S. Al-Maidah [5]:67).

Karena memiliki sifat tabligh, tentunya Rasulullah Saw merupakan pribadi yang sangat komunikatif. Maka bagi pers Islam yang meneladani sifat tabligh Rasulullah saw harus selalu menyampaikan kebenaran Islam secara terus terang dan komunikatif kepada khalayaknya.

4.Fathonah

Rasulullah Muhammad saw memiliki sifat fathonah yang berarti cerdas. Kecerdasan Rasulullah saw dapat dilihat dari bagaimana beliau menyusun dakwah, strategi berpolitik, berperang dan lain-lain. Selain memiliki sifat yang cerdas, beliau juga mencerdaskan karena ajaran Islam yang disampaikannya merupakan solusi terbaik bagi kehidupan manusia.

Allah SWT berfirman:

“Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah”. (Q.S.Ali-Imran: [3]: 110).

Maka pers Islam yang meneladani sifat fatonah Rasulullah saw berarti berusaha menjadikan dirinya hadir dihadapan khalayak selalu memberikan solusi terhadap persoalan-persoalan kehidupan manusia.

BAB III

PENUTUP

A.KESIMPULAN

Pers Islam sebagai media dakwah, tentunya tidak dibatasi pada sisi kepentingan semata. Mengingat banyaknya lapisan kultur, budaya dan agama di Indonesia, maka Pers Islam cenderung menyesuaikan dengan pasarnya. Dewasa ini belum terlihat Pers Islam yang benar-benar mencerminkan nilai Islam secara penuh, baik dari kemasan maupun isinya Ditengah era digital dan moderen ini  ketika media banyak yang melenceng idealitas kode etik jurnalistik pers pada umumnya, pers islam dituntut untuk konsisten dan mampu memberikan penyebaran informasi, kontrol sosial yang tidak terpisahkan dari pers, sebagaimana fungsi pers itu sendiri terhadap masyarakatnya sebagai media pembelajaran dan pencerahan bagi umat. Dengan harapan,umat islam mampu mengenambangkan media yang sudah mejdi lebih maju lagi terutama digunakan sebagai media dakwah.

DAFAR PUSTAKA

Masduki, Kebebasan Pers & Kode Etik Jurnalistik, 2005, Yogyakarta: UII Press Yogyakarta

Oetama jaqob,prespektif pers indonesia,1989.Jakarta:LP3ES

http://gigihsarialam.blogspot.com/2008/07/sejarah-berdirinya-pers-islamis-dan.html

http://kpidakwah.blogspot.com/2011/01/apakah-yang-dimaksud-dengan-pers-islam.html

http://irasional.blogspot.com/2011/01/propaganda-pers-islam-dalam-media.html

http://irasional.blogspot.com/2011/01/karakteristik-pers-islam.html

http://duniabaca.com/sejarah-pers-pengertian-pers-fungsi-dan-peranan-pers-di-indonesia.htm

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun