Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Bisnis Start Up, Janji Manis Realita Pahit dalam Kasus Tani Hub

2 Februari 2025   17:49 Diperbarui: 2 Februari 2025   17:49 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketika Startup Agritech Tak Seindah Pitch Deck

Dalam beberapa tahun terakhir, industri agritech di Indonesia mengalami lonjakan popularitas. Startup seperti TaniHub dan eFishery menjanjikan revolusi dalam sektor pertanian dan perikanan, dengan konsep "memotong rantai distribusi" agar petani dan pembudidaya ikan mendapatkan harga lebih baik.

Namun, dunia startup tidak selalu seindah presentasi investor. TaniHub, yang dulu dianggap sebagai salah satu bintang agritech Indonesia, justru terjerat dalam kasus fraud yang berujung pada kolapsnya operasional mereka. Kini, banyak yang mulai bertanya-tanya, apakah nasib serupa bisa menimpa eFishery, startup yang sedang naik daun?

Mari kita bahas satu per satu dengan santai, tanpa jargon-jargon teknis yang bikin pusing.

Kasus TaniHub: Dari Janji Manis ke Bangkrut Total

TaniHub didirikan dengan ide sederhana: menghubungkan petani langsung ke pasar melalui teknologi. Dengan pendanaan besar dan dukungan dari berbagai investor, startup ini berkembang pesat. Namun, di balik pertumbuhan itu, ada sejumlah masalah yang akhirnya meledak:

1. Fraud Internal: Keuangan yang Tidak Transparan

Beberapa laporan menyebutkan adanya fraud di internal perusahaan, di mana keuangan tidak dikelola dengan baik. Startup yang tampaknya sehat ternyata menyimpan banyak utang dan salah urus dana investasi.

2. Model Bisnis yang Tidak Realistis

TaniHub mencoba menghilangkan peran tengkulak dan distributor, tetapi kenyataannya, rantai pasok pertanian tidak semudah itu diubah. Banyak tantangan logistik dan operasional yang mereka remehkan, sehingga akhirnya biaya operasional membengkak.

3. Bakar Uang Tanpa Hasil Nyata

Seperti banyak startup lainnya, TaniHub juga mengandalkan strategi bakar uang. Diskon besar-besaran, subsidi ongkir, dan ekspansi agresif membuat mereka tampak sukses di luar, tetapi kerugian terus menumpuk di dalam.

Akhirnya, investor kehilangan kepercayaan, operasional lumpuh, dan TaniHub resmi tutup buku.

Bagaimana dengan eFishery? Apakah Akan Mengalami Nasib yang Sama?

eFishery adalah startup yang berfokus pada sektor perikanan, terutama dengan teknologi pakan otomatis dan akses pembiayaan untuk pembudidaya ikan. Saat ini, mereka masih dalam fase ekspansi dan baru saja mendapatkan pendanaan besar.

Namun, melihat kasus TaniHub, ada beberapa potensi risiko yang bisa membuat eFishery menghadapi tantangan serupa:

1. Bisnis Agritech Butuh Keberlanjutan, Bukan Sekadar Pertumbuhan Cepat

Salah satu kesalahan besar TaniHub adalah terlalu fokus pada pertumbuhan cepat tanpa memastikan bisnisnya bisa berjalan secara berkelanjutan. Jika eFishery melakukan hal yang sama---mengutamakan ekspansi daripada efisiensi---maka mereka bisa jatuh ke lubang yang sama.

2. Ketergantungan pada Investor Bisa Jadi Bumerang

Startup seperti eFishery bergantung pada investor untuk bertahan. Jika di masa depan mereka kesulitan mendapatkan pendanaan tambahan, sementara keuangan masih belum sehat, maka masalah besar bisa muncul.

3. Keamanan Finansial dan Transparansi Harus Dijaga

Kasus fraud di TaniHub menjadi pelajaran bahwa pengelolaan keuangan yang buruk bisa menghancurkan startup. Jika eFishery tidak menjaga transparansi dan akuntabilitasnya, maka nasib mereka bisa berakhir sama.

Kesimpulan: Belajar dari Kegagalan, Bukan Sekadar Ikut Tren

Kasus TaniHub adalah contoh bagaimana janji startup yang menggiurkan bisa berakhir pahit jika tidak dikelola dengan baik. Sementara itu, eFishery masih dalam perjalanan dan belum tentu akan mengalami nasib serupa.

Namun, satu hal yang pasti: bisnis agritech tidak bisa hanya mengandalkan hype dan uang investor. Keberlanjutan, efisiensi, dan transparansi adalah kunci utama agar startup bisa bertahan lama.

Bagi kita sebagai konsumen dan pengamat, mungkin ada baiknya lebih skeptis terhadap janji-janji startup yang terlalu muluk. Kalau ada startup yang bilang bakal mengubah industri dalam waktu singkat, mungkin saatnya kita bertanya: Benarkah, atau cuma strategi marketing?

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun