Kunjungan kenegaraan Presiden Prabowo Subianto ke India pada 23--26 Januari 2025 menyoroti hubungan diplomatik strategis Indonesia dengan salah satu mitra utama di Asia Selatan. Namun, pembatalan kunjungan yang direncanakan ke Pakistan setelah kunjungan ini memunculkan pertanyaan: apakah diplomasi Indonesia di bawah Prabowo canggih dalam menjaga keseimbangan geopolitik, ataukah terlalu rentan terhadap tekanan dari negara lain seperti India? Artikel ini membahas dinamika di balik peristiwa ini serta bagaimana strategi diplomasi Indonesia dapat dilihat di era kepemimpinan Prabowo.
Konteks Diplomasi Indonesia-India-Pakistan
India dan Pakistan telah lama berada dalam ketegangan geopolitik, terutama terkait isu Kashmir dan rivalitas yang melibatkan kekuatan militer serta diplomasi global. Dalam situasi ini, kunjungan pemimpin negara ketiga ke salah satu pihak sering kali dianggap sebagai bentuk dukungan tidak langsung.
Indonesia, sebagai salah satu negara terbesar di ASEAN dan anggota G20, memiliki hubungan baik dengan India dan Pakistan. India adalah mitra dagang penting dan sekutu strategis di kawasan Asia Selatan. Di sisi lain, hubungan dengan Pakistan juga memiliki dasar yang kuat, termasuk kerja sama di bidang pertahanan dan solidaritas dalam isu-isu dunia Islam.
Ketika rencana kunjungan Presiden Prabowo ke India diikuti dengan Pakistan, hal ini memunculkan kekhawatiran di New Delhi. India dilaporkan merasa keberatan karena kunjungan tersebut dapat dilihat sebagai "penyeimbangan" yang berpotensi mengurangi makna hubungan strategis antara India dan Indonesia.
Pembatalan Kunjungan ke Pakistan: Tekanan atau Strategi?
Menurut laporan, rencana kunjungan Presiden Prabowo ke Pakistan pada 26--28 Januari 2025 dibatalkan setelah adanya tekanan dari pihak India. India menilai kunjungan tersebut akan mengirimkan pesan ambigu, terutama mengingat rivalitasnya dengan Pakistan.
Namun, pembatalan ini menimbulkan spekulasi tentang strategi diplomasi Indonesia. Ada dua pandangan utama:
1.Diplomasi Canggih dan Realpolitik:
Dalam pandangan ini, pembatalan kunjungan ke Pakistan adalah langkah diplomasi yang realistis. Indonesia, di bawah kepemimpinan Prabowo, mungkin melihat India sebagai mitra strategis yang lebih penting secara ekonomi dan geopolitik dibandingkan Pakistan. Sebagai anggota BRICS dan salah satu kekuatan ekonomi terbesar di Asia, India memiliki pengaruh besar dalam politik global, yang bisa dimanfaatkan oleh Indonesia untuk memperkuat posisinya di kawasan.
Selain itu, keputusan ini dapat dilihat sebagai cara Indonesia menjaga hubungan baik dengan India tanpa memutuskan hubungan dengan Pakistan. Dengan kata lain, Indonesia mencoba menghindari konflik langsung dengan kedua pihak dan fokus pada keuntungan jangka panjang.
2.Tunduk pada Tekanan Luar Negeri:
Di sisi lain, pembatalan ini juga bisa dilihat sebagai tanda bahwa diplomasi Indonesia terlalu tunduk pada tekanan internasional, dalam hal ini India. Beberapa pihak mungkin mempertanyakan mengapa Indonesia tidak dapat mempertahankan kebijakan luar negeri yang lebih mandiri dan berani. Sebagai negara besar dengan prinsip non-blok, Indonesia seharusnya mampu menjaga hubungan baik dengan kedua negara tanpa harus mengikuti kehendak salah satu pihak.
Strategi Diplomasi Indonesia di Era Prabowo
Diplomasi Indonesia di bawah Presiden Prabowo Subianto tampaknya berfokus pada beberapa aspek utama: