Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Qurutob, Cabai Raksasa dan Ambuyat

23 Januari 2025   08:24 Diperbarui: 23 Januari 2025   08:24 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pak Iskandar & Bu Mirna: dokpri 

Konon, nama  "qurutob" berasal dari dua kata: "qurut," yaitu bola kecil yang terbuat dari yogurt asin yang dikeringkan, dan "ob," yang berarti air. Secara harfiah, qurutob adalah makanan berbahan dasar qurut yang dicampur dengan air untuk membuat saus yogurt yang kental dan gurih. Saus ini kemudian menjadi inti dari hidangan qurutob.
Saya perhatikan isi pinggan dan mencoba menelisik bahan utama kuliner yang terbuat dari roti tipis berbentuk bundar menyesuaikan bentuk dasar pinggan. Roti tipis ini disebut Fatir dan sering kamu lihat dijajakan di sepanjang jalan di Pamir Highway.

Cabai hijau : dokpri 
Cabai hijau : dokpri 

Saya perhatikan sekali lagi penampakan Qurutob dari atas. Tampilan hidangan ini sangat menggoda, dengan warna-warni sayuran segar seperti tomat merah, mentimun, bawang  dan dua cabai hijau besar yang langsung mencuri perhatian kami.

Sebelum mencicipi pedasnya cabai hijau raksasa, secara bergantian kami berpose dalam berbagai gaya dengan cabai di tangan. Tampak jelas besarnya cabai dibandingkan wajah atau tangan.  

Pak Iskandar & Bu Mirna: dokpri 
Pak Iskandar & Bu Mirna: dokpri 

Kami mulai mencicipi hidangan ini bersama. "Rasanya unik, ya. Yogurtnya memberikan rasa asam yang lembut, tapi tetap gurih," ujar Bu Mirna sambil mengunyah potongan roti yang telah menyerap saus yogurt.

Sodiq, yang penasaran dengan cabai hijau besar itu, langsung mengambil satu dan menggigitnya. Reaksinya? Ia langsung tersentak. "Waduh, ini pedasnya luar biasa!" katanya sambil tertawa, membuat kami semua ikut tertawa.

Tertantang, saya pun mencoba cabai tersebut. Rasanya memang pedas, tetapi anehnya sangat cocok dengan kelembutan yogurt dan roti yang menyerap kuah. Pak Iskandar, yang biasanya tidak terlalu suka pedas, akhirnya ikut mencoba setelah kami bujuk. "Pedas sih, tapi enak! Ini bikin makan jadi lebih semangat," katanya sambil mengambil kompot untuk meredakan rasa pedasnya.
Meja kami langsung penuh gelak tawa. Cabai hijau besar itu benar-benar menjadi bintang siang itu. Nazar, yang sesekali mampir untuk memastikan kami menikmati hidangan, ikut tertawa melihat ekspresi kami saat mencoba cabai. 

Saya dan cabai : dokpri
Saya dan cabai : dokpri

"Cabai itu memang terkenal di sini. Tidak semua orang Tajik tahan dengan pedasnya, tapi banyak yang menikmatinya," katanya.

Tidak hanya cabai, kombinasi rasa dalam qurutob sendiri membuat kami terus mengambil suapan demi suapan. Bu Mirna memuji kesegaran sayurannya, sementara Sodiq tak henti-hentinya menikmati roti yang telah meresap saus yogurt.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun