Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Mencari Buddha Tidur di Museum Nasional Tajikistan

22 Januari 2025   11:37 Diperbarui: 22 Januari 2025   11:56 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perjalanan kami di Dushanbe dilanjutkan menuju   (National Museum of Tajikistan) yang letaknya masih di kawasan National Flag Pole Park atau Taman Tiang Bendera Nasional.

Gapura Taman Tiang Bendera: dokpri
Gapura Taman Tiang Bendera: dokpri

Dari luar gedung museum ini tampak megah dengan atap berbentuk elips berhias lambang negara Tajikistan.

Walau hanya sekitar 90 menit saja, kunjungan kami ke tempat ini  menawarkan pengalaman yang menginspirasi sekaligus  menyelami kekayaan sejarah, seni, dan arsitektur negara ini.

Sisi lain museum: dokpri 
Sisi lain museum: dokpri 

Dengan bangunan yang unik, koleksi yang mengagumkan, dan suasana yang memukau, museum ini menjadi salah satu destinasi utama yang wajib dikunjungi.  Yuk kita ikuti kisahnya.
"
Mari kita mulai perjalanan ini, dari gerbang megahnya hingga koleksi luar biasa yang ada di dalamnya.
Sambutan Hangat di Pintu Masuk
Ketika kami tiba di depan museum, perhatian langsung tertuju pada sebuah baliho besar bertuliskan 

Selamat datang: dokpri 
Selamat datang: dokpri 

"Selamat Datang" dalam tiga bahasa: Tajik, Inggris, dan Rusia.

Dalam bahasa Tajik: , ! Dalam bahasa Rusia: , ! Dan kemudian dalam bahasa Inggris: Welcome, dear Guest!

Kalimat-kalimat ini mencerminkan keramahan dan keterbukaan museum terhadap pengunjung dari berbagai latar belakang, sekaligus menjadi awal yang hangat untuk perjalanan eksplorasi budaya dan sejarah Tajikistan.

Sambutan ini mencerminkan keramahan museum terhadap pengunjung dari berbagai latar belakang.
Bangunan museum ini memiliki desain yang unik dan modern, namun tetap mengusung elemen tradisional Tajik. Struktur bangunan berbentuk persegi panjang dengan sentuhan lengkungan kubah di atasnya, melambangkan keseimbangan antara masa lalu dan masa depan. Dari luar, dindingnya yang berwarna krem memantulkan sinar matahari, menciptakan suasana megah yang sulit diabaikan.

Saat memasuki museum, pengunjung langsung terkesima dengan interior yang luas  dan penerangan alami. Langit-langit tinggi, pencahayaan yang elegan, dan dinding-dinding besar yang dipenuhi karya seni membuat pengalaman pertama sangat memukau.

Emomali Rahmon: dokpri 
Emomali Rahmon: dokpri 

Di sini tersedia leaflet dalam berbagai macam bahasa.
Yang pertama kali menarik perhatian saya adalah lukisan besar Presiden Emomali Rahmon yang gagah. Di dekatnya juga ada deretan patung dada para pahlawan Tajikistan.

Buddha tidur : dokpri 
Buddha tidur : dokpri 

Namun tujuan utama kita adalah melihat patung Buddha tidur yang menjadi ikon museum ini. Beberapa kali Mas Agus menegaskan hal ini untuk mengungkap sejarah bahwa agama Buddha pernah berkembang pesat di kawasan Asia Tengah sebelum masuknya Islam.

Museum ini terbagi menjadi beberapa area tematik. Salah satu yang menarik adalah galeri arkeologi, yang menampilkan artefak dari zaman kuno hingga era modern. Di sini, Anda akan menemukan fosil, artefak perunggu, dan perhiasan kuno yang ditemukan di berbagai situs arkeologi Tajikistan.

Ismail Somoni : dokpri
Ismail Somoni : dokpri

Salah satu bagian yang paling menarik perhatian di dalam museum adalah patung dada Ismail Somoni, pendiri Dinasti Samanid yang merupakan simbol kebanggaan nasional Tajikistan.

Keberadaan patung ini tidak hanya sebagai penghormatan kepada sejarah Tajikistan, tetapi juga sebagai pengingat tentang pentingnya peran Ismail Somoni dalam membangun peradaban yang makmur di Asia Tengah.

Di lantai dua museum, akhirnya kami menemukan patung Buddha tidur yang monumental, salah satu koleksi paling terkenal di museum ini. Dengan panjang hampir 13 meter, patung ini menjadi salah satu warisan Jalur Sutra yang paling signifikan, menunjukkan interaksi budaya antara Asia Tengah dan Buddhisme.  melihat patung ini saya jadi ingat akan Yanchun Fortress di Langar dan tentu saja cerita cerita tentang patung Buddha di Bamiyan, Afghanistan.

Setelah puas melihat lihat isi museum, kami kemudian melangkah keluar dari museum.
Dari sini  saya kembali menyadari betapa uniknya desain bangunan ini jika dilihat dari kejauhan.  Bagian depannya dihiasi dengan pilar-pilar tinggi, sementara taman yang luas mengelilingi bangunan, memberikan suasana yang tenang dan asri.

Di luar museum, terdapat banyak elemen menarik, termasuk air mancur besar yang mengalir dengan irama yang lembut. Banyak pengunjung berhenti di sini untuk menikmati suasana sambil berfoto dengan latar belakang museum.
Halaman museum juga menampilkan taman yang indah, lengkap dengan jalur pejalan kaki, pohon-pohon rindang, dan area duduk. 

Cyrus the great: dokpri 
Cyrus the great: dokpri 

Di sini, berdiri patung Cyrus the Great, pendiri Kekaisaran Achaemenid. Patung yang dikawal sepasang singa ini menjadi salah satu simbol penting yang menggambarkan hubungan Tajikistan dengan sejarah Persia kuno.

Dengan latar belakang museum dan taman hijau, patung ini menjadi salah satu spot paling populer bagi pengunjung yang ingin mengabadikan momen.
Setelah menjelajahi area museum, sejenak kami mengintip  ke taman tiang bendera  nasional Tajikistan yang sudah kami kunjungi sebelumnya. Tiang bendera ini setinggi 165 meter dan menjadi salah satu tiang bendera tertinggi di dunia.

Di taman ini, pengunjung dapat bersantai sambil menikmati pemandangan bendera nasional Tajikistan yang berkibar dengan megah. Jalur pejalan kaki yang rapi, air mancur yang cantik, dan suasana damai membuat area ini menjadi tempat yang favorit.  
Matahari sudah tinggi, tiba waktunya untuk makan siang. Menurut Nazar, kali ini kita akan mencicipi kuliner khas Tajikistan yang unik. Yuk kita tunggu kisahnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun