Setelah menikmati Rudaki Park, perjalanan dilanjutkan menuju plaza yang luas di dekat Museum Nasional Tajikistan. Di sini, saya kembali bertemu dengan  deretan patung yang dibuat untuk menghormati para pahlawan Tajikistan dari masa ke masa termasuk Ismail Somoni, Ibnu Sina, dan tokoh-tokoh bersejarah lainnya.
Uniknya tokoh tokoh ini pun sebenarnya bukan hanya milik Tajikistan dan selama ini lebih dikenal sebagai tokoh Persia dari masa lampau.
Salah satu patung paling mencolok di alun-alun ini adalah Sultan Ghisiddin of Ghuri. Ia digambarkan sedang menunggang kuda, melambangkan kegagahan dan keberaniannya sebagai pemimpin Dinasti Ghurid.
Maya tampak terpesona di depan patungnya yang gagah, mungkin dia membayangkan betapa gagahnya sultan ini ketika masih hidup dahulu.
Di tempat ini, Â masih banyak patung-patung lain yang mewakili tokoh besar dalam sejarah Tajikistan,
Patung yang paling anggun adalah milik Raja  Kanushka yang hidup pada abad ke II. Dia tampak sedang duduk di singgasana yang megah seakan memandang ke seluruh kerajaanmya yang membentang luas di Asia Tengah.
Raja besar dari Kekaisaran Kushan ini dikenal sebagai pelindung seni dan budaya. Pemerintahannya membawa era keemasan seni Gandhara dan menyebarkan toleransi antaragama.
Saya berjalan santai dan kemudian melihat patung Raja Vishtasp yang berdasarkan plakatnya ternyata hidup pada sekitar abad ke 7 SM.
Raja ini adalah pelindung Nabi Zoroaster dan penyebar agama Zoroastrianisme. Ia menjadi simbol spiritualitas dan keadilan dalam sejarah Tajik. Â Walau kita sendiri tahu bahwa Tajikistan sendiri belum muncul pada masa itu.