Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Belajar Menulis Naskah di Muskitnas

20 Januari 2025   16:40 Diperbarui: 20 Januari 2025   16:40 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sabtu, 18 Januari 2025, Museum Kebangkitan Nasional (Muskitnas) menjadi saksi keseruan acara kolaborasi tiga komunitas Kompasiana---Ketapels, Komik, dan Ladiesiana---dalam perayaan HUT IX Ketapels.

Meski hanya berlangsung setengah hari, rangkaian kegiatan ini, acara ini berhasil memberikan pengalaman penuh inspirasi, pembelajaran, dan kebersamaan kepada para peserta.

Dipimpin oleh ketua masing-masing komunitas, yakni Kak Denik dari Ketapels, Kak Dewi Puspa dari Komik, dan Kak Rhiap Windhu dari Ladiesiana, acara ini berlangsung lancar dan meriah. Dukungan dari sejumlah anggota komunitas, seperti Kak Linda dari Komik yang banyak membantu dalam presentasi, penerimaan peserta dan pemutaran film animasi, juga tak terlupakan. Kak Didi, anggota Ketapels yang bertugas sebagai MC, sukses memandu acara dengan gaya santai namun penuh energi, membuat suasana semakin hidup.

Pembukaan: Puisi, Pantun, dan Quiz

Halaman tengah museum: dojpri
Halaman tengah museum: dojpri

Sekitar pukul 8.30, saya tiba di museum ini setelah lebih 15 menit jalan kaki dari stasiun Pasar Senen. Ini pertama kali saya turun KRL di sini dan menikmati suasana yang khas. Mengingatkan masa dulu ketika kerap sekali ke kawasan ini.
Sampai di museum, Mbak Denik kebetulan menyambut di pintu masuk dan memberikan info lokasi acara,  yaitu aula di tengah halaman museum yang luas. Suasana jadoel langsung menyambut di Gedung yang dulunya merupakan sekolah dokter bernama STOVIA ini.

Sudah lumayan banyak yang datang walau acara belum dimulai. Ketika mendaftar, saya dapat nomor doorprize 26 dan juga tanaman berupa bibit kemangi.  Sebenarnya boleh memilih sendiri loh.
Sekitar sepuluh menit kemudian, tiba tiba saja trio Kak Denik, Kak Dewi Puspa dan Kak Windhu tampil ke depan secara bergiliran sambil membacakan puisi penyair kondang Sapardi Djoko Damono.  

Suasana langsung meriah dan Kak Didi sebagai MC juga langsung beraksi sambil menyebutkan bahwa acara ini akan banjir hadiah

Bibit tanaman: dokpri
Bibit tanaman: dokpri

Diselingi dengan pantun dan quiz, acara kemudian berlanjut dengan pembacaan puisi oleh salah satu peserta yang membawakan karya berjudul "Hujan yang Menulis Nama". Puisi yang penuh makna ini menciptakan suasana reflektif di awal acara, membangun antusiasme para peserta.

Puisi: dokpri
Puisi: dokpri

Masih berlanjut  dengan sesi pantun dan quiz, suasana menjadi semakin semarak. Para peserta diajak untuk beradu kreativitas dalam pantun dan menjawab pertanyaan-pertanyaan quiz yang ringan namun menghibur.

Workshop Membuat Naskah Film Bersama Kak Yofan Nainggolan

Kak Yovan: dokpri
Kak Yovan: dokpri

Acara utama hari itu adalah workshop menulis naskah film yang dipandu oleh Kak Yovan Nainggolan, seorang penulis naskah yang sudah malang melintang  di dunia perfilman Indonesia.

 Sesi ini memberikan wawasan baru kepada peserta tentang proses kreatif di balik pembuatan naskah film.

Materi yang disampaikan oleh Kak Yofan meliputi:
1.Jenis-Jenis Naskah: Membahas format naskah untuk film pendek, panjang, dokumenter dan serial TV.
2.Istilah Penting: Memahami konsep lifeline/premis (inti cerita), sinopsis, dan outline (kerangka cerita).
3.Pembangunan Karakter: Teknik menciptakan karakter yang hidup, termasuk latar belakang, motivasi, dan konflik.
4.Alur Cerita: Struktur tiga babak (pengenalan, konflik, resolusi) dan delapan sekuens untuk membuat cerita yang menarik.

Namun sebelum mulai bercerita Kak Yovan juga memberikan quiz menebak judul film dengan hanya sebuah slide. Ada tiga film yaitu 12 Angrt Men, City of God, dan Old Boy.

Namun ketika terlalu banyak teori dan istilah, hadirin terlihat agak sulit mencerna sehingga Kak Yovan dan Mbak Dewi sepakat akan  menambahkan sesi praktik langsung untuk menulis outline dan mengembangkan karakter.

"Teori itu penting, tapi praktik adalah kuncinya. Kadang ide-ide terbaik muncul saat kita mencoba." Mungkin ini yang akhirnya disepakati bersama sebagai penutup sesi ini.

Penghargaan untuk Pak Sutiono Gunadi: Kompasianer Paling Aktif

Pak Sutiono : dokpri
Pak Sutiono : dokpri

Setelah sesi workshop, momen spesial lainnya adalah pemberian penghargaan untuk Pak Sutiono Gunadi, seorang Kompasianer yang telah konsisten menulis setiap hari. Penghargaan ini menjadi bentuk apresiasi atas kontribusi luar biasa Pak Sutiono dalam memperkaya konten di Kompasiana.

Berbagai jenis hadiah dan bunga pun hadir di pentas dalam acara spontan yang penuh rasa kekeluargaan ini. Maklum sebagian besar peserta kebanyakan sudah saling mengenal satu sama lain.

Foto bersama: dokpri
Foto bersama: dokpri

Door Prize dan Kue Ulang Tahun
Acara semakin meriah dengan sesi pembagian doorprize. Peserta yang telah mendapatkan nomor undian saat registrasi berkesempatan membawa pulang berbagai hadiah menarik, sayang nomor 26 termasuk yang kurang beruntung.

Sebagai bagian dari perayaan HUT IX Ketapels, panitia juga menyediakan kue ulang tahun kecil. Meski sederhana, momen tiup lilin bersama menjadi simbol rasa syukur dan kebersamaan, menyemangati komunitas untuk terus berkembang di masa depan.

Nonton Film Animasi Biografi dr. Wahidin Sudirohusodo

Salah satu kegiatan menarik lainnya adalah pemutaran film animasi biografi dr. Wahidin Sudirohusodo. Film ini menggambarkan perjuangan dr. Wahidin dalam membangun kesadaran nasionalisme melalui pendidikan.

Dalam proses pemutaran film ini, Kak Linda dari Komik memainkan peran penting dengan memastikan semua teknis berjalan lancar. Film yang penuh nilai edukasi ini tidak hanya menghibur, tetapi juga menginspirasi peserta untuk lebih menghargai jasa para pahlawan bangsa.

 Ternyata banyak cerita yang belum pernah kami ketahui kalau tidak langsung datang ke museum dan nonton film ini.

Tur Museum dan Istilah Pribumi dan Bumiputera

Ruang kelas: dokpri
Ruang kelas: dokpri

Sebagai penutup, peserta diajak berkeliling Museum Kebangkitan Nasional untuk napak tilas sejarah perjuangan bangsa. Tur ini dipandu oleh petugas museum yang menjelaskan fungsi dan sejarah dari setiap ruangan, di antaranya:

1.Ruang Direktur STOVIA: Menampilkan dokumentasi sejarah kepemimpinan sekolah kedokteran pribumi.
2.Ruang Kelas STOVIA: Memberikan gambaran suasana belajar siswa kedokteran pada masa kolonial.
3.Sejarah Sekolah Dokter Jawa: Mengupas awal mula pendidikan kedokteran untuk pribumi.
4.Ruang Pameran Kebangkitan Nasional: Berisi foto, artefak, dan dokumen perjuangan nasional.

Asyiknya ketika melihat lihat naskah dan dokumen bersejarah di museum ini, saya bisa lebih mengetahui asal usul kata serta perbedaan makna istilah pribumi dan Bumiputera, yang digunakan pada masa kolonial.  

Walaupun istilah ini kemudian sempat menjadi sedikit sensitif karena menyangkut SARA terutama semasa dan pasca Orde Baru.

Dengan berkunjung ke museum ini sangat lah gamblang makna dan asal usul kedua istilah itu:
*Pribumi berasal dari istilah Belanda "Inlander", yang memiliki konotasi merendahkan.
*Bumiputera adalah istilah Melayu yang berarti "anak bumi" dan diterjemahkan dalam bahasa Belanda sebagai "Indische", merujuk pada penduduk asli Indonesia. Istilah ini jauh lebih netral dan tidak memiliki konotasi yang kurang baik.
Diskusi ini memberikan wawasan tambahan tentang sejarah istilah dan konteks sosial pada masa perjuangan bangsa.
Ternyata dalam perkembangan zaman kedua istilah ini mengalami perubahan makna sehingga sering dianggap memiliki makna yang sama.

Kesimpulan: Setengah Hari yang Penuh Makna
Meski hanya berlangsung hingga sekitar pukul 13.30, acara kolaborasi tiga komunitas Kompasiana ini berhasil menciptakan pengalaman yang berkesan. Dari pembukaan dengan puisi, workshop menulis naskah film bersama Kak Yovan Nainggolan, penghargaan untuk Pak Sutiono Gunadi, hingga tur museum dan acara santai penuh kekeluargaan, semua kegiatan dirancang untuk memperkaya wawasan sekaligus memberikan hiburan.
Dukungan dari anggota komunitas seperti Kak Linda yang membantu dalam pemutaran film animasi, serta Kak Didi sebagai MC yang memandu acara dengan penuh semangat, menjadikan kegiatan ini berjalan lancar dan sukses.
Sebagai simbol kebersamaan, bibit tanaman yang dibagikan kepada peserta dan kue ulang tahun kecil menjadi pengingat bahwa komunitas ini adalah keluarga yang saling mendukung untuk terus tumbuh.

Sabtu, 18 Januari 2025, di Museum Kebangkitan Nasional, menjadi hari yang penuh inspirasi dan kebersamaan. Kolaborasi yang apik dari tiga komunitas ini membuktikan bahwa dengan kerja sama, kita bisa menciptakan acara yang tak hanya edukatif tetapi juga menyenangkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun