Sebagai penutup, peserta diajak berkeliling Museum Kebangkitan Nasional untuk napak tilas sejarah perjuangan bangsa. Tur ini dipandu oleh petugas museum yang menjelaskan fungsi dan sejarah dari setiap ruangan, di antaranya:
1.Ruang Direktur STOVIA: Menampilkan dokumentasi sejarah kepemimpinan sekolah kedokteran pribumi.
2.Ruang Kelas STOVIA: Memberikan gambaran suasana belajar siswa kedokteran pada masa kolonial.
3.Sejarah Sekolah Dokter Jawa: Mengupas awal mula pendidikan kedokteran untuk pribumi.
4.Ruang Pameran Kebangkitan Nasional: Berisi foto, artefak, dan dokumen perjuangan nasional.
Asyiknya ketika melihat lihat naskah dan dokumen bersejarah di museum ini, saya bisa lebih mengetahui asal usul kata serta perbedaan makna istilah pribumi dan Bumiputera, yang digunakan pada masa kolonial. Â
Walaupun istilah ini kemudian sempat menjadi sedikit sensitif karena menyangkut SARA terutama semasa dan pasca Orde Baru.
Dengan berkunjung ke museum ini sangat lah gamblang makna dan asal usul kedua istilah itu:
*Pribumi berasal dari istilah Belanda "Inlander", yang memiliki konotasi merendahkan.
*Bumiputera adalah istilah Melayu yang berarti "anak bumi" dan diterjemahkan dalam bahasa Belanda sebagai "Indische", merujuk pada penduduk asli Indonesia. Istilah ini jauh lebih netral dan tidak memiliki konotasi yang kurang baik.
Diskusi ini memberikan wawasan tambahan tentang sejarah istilah dan konteks sosial pada masa perjuangan bangsa.
Ternyata dalam perkembangan zaman kedua istilah ini mengalami perubahan makna sehingga sering dianggap memiliki makna yang sama.
Kesimpulan: Setengah Hari yang Penuh Makna
Meski hanya berlangsung hingga sekitar pukul 13.30, acara kolaborasi tiga komunitas Kompasiana ini berhasil menciptakan pengalaman yang berkesan. Dari pembukaan dengan puisi, workshop menulis naskah film bersama Kak Yovan Nainggolan, penghargaan untuk Pak Sutiono Gunadi, hingga tur museum dan acara santai penuh kekeluargaan, semua kegiatan dirancang untuk memperkaya wawasan sekaligus memberikan hiburan.
Dukungan dari anggota komunitas seperti Kak Linda yang membantu dalam pemutaran film animasi, serta Kak Didi sebagai MC yang memandu acara dengan penuh semangat, menjadikan kegiatan ini berjalan lancar dan sukses.
Sebagai simbol kebersamaan, bibit tanaman yang dibagikan kepada peserta dan kue ulang tahun kecil menjadi pengingat bahwa komunitas ini adalah keluarga yang saling mendukung untuk terus tumbuh.
Sabtu, 18 Januari 2025, di Museum Kebangkitan Nasional, menjadi hari yang penuh inspirasi dan kebersamaan. Kolaborasi yang apik dari tiga komunitas ini membuktikan bahwa dengan kerja sama, kita bisa menciptakan acara yang tak hanya edukatif tetapi juga menyenangkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H