Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kebakaran di Los Angeles, Azab atau Bencana

12 Januari 2025   07:53 Diperbarui: 12 Januari 2025   09:07 359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kebakaran di LA: kompas 


Belakangan ini, media sosial sering kali menjadi ajang untuk mengungkapkan perasaan yang ekstrem, baik dalam bentuk dukungan maupun kecaman. Salah satu fenomena yang mengundang perhatian adalah banyaknya komentar yang menunjukkan kegembiraan atas musibah yang menimpa negara atau individu tertentu, khususnya terkait dengan kebakaran besar yang melanda Los Angeles atau bencana-bencana lainnya yang terjadi di luar negeri. Yang lebih mengejutkan, beberapa orang bahkan mengaitkan penderitaan yang dialami dengan isu-isu politik atau dukungan terhadap Palestina, sambil berharap bahwa itu merupakan sebuah "azab" bagi negara-negara seperti Amerika atau Israel.

Namun, kita perlu merenungkan secara mendalam apakah kita, sebagai manusia, seharusnya merasa senang atas penderitaan orang lain, meskipun kita mungkin memiliki ketidaksukaan terhadap kebijakan politik negara tersebut. Mengapa ada sebagian dari kita yang merasa bahagia atas kesulitan yang dialami oleh sesama manusia, bahkan jika orang tersebut tidak berhubungan langsung dengan kebijakan yang kita kritisi?

Dukungan terhadap Palestina dan Solidaritas Global

Tentu saja, sebagai manusia, kita memiliki hak untuk menunjukkan empati dan solidaritas terhadap perjuangan Palestina yang sedang berlangsung. Sejarah panjang penderitaan yang dialami oleh rakyat Palestina, yang menghadapi penjajahan, pemindahan paksa, dan pelanggaran hak asasi manusia, memang memicu empati banyak pihak. Banyak orang, termasuk umat Muslim, yang merasa perlu mendukung Palestina dalam upaya mereka untuk memperoleh kebebasan dan keadilan.

Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa ada sebagian orang yang terkadang terjebak dalam sikap kebencian yang lebih besar daripada rasa empati. Ketika ada bencana besar yang menimpa negara seperti Amerika atau Israel, beberapa komentar di media sosial menunjukkan bahwa sebagian orang merasa senang atau bahkan merayakan penderitaan tersebut, dengan anggapan bahwa itu adalah balasan atau azab dari Tuhan. Sungguh ironis, karena dalam banyak kasus, rakyat dari negara-negara tersebut tidak selalu mendukung kebijakan politik yang diterapkan oleh pemerintah mereka. Rakyat Amerika atau Israel tidak selalu sepakat dengan tindakan pemerintah mereka terhadap Palestina atau kebijakan luar negeri lainnya.

Kemanusiaan di Atas Segala Hal

Sebagai umat manusia, kita diajarkan untuk tidak menghakimi seseorang hanya berdasarkan identitas atau negara asal mereka. Kita seharusnya mengutamakan kemanusiaan di atas segala perbedaan politik atau agama. Apakah benar bahwa kebahagiaan kita atas penderitaan orang lain adalah cara yang benar untuk menunjukkan dukungan terhadap perjuangan suatu bangsa? Tentu saja tidak. Sebagai umat Muslim, kita diajarkan bahwa kebencian, apalagi merayakan penderitaan orang lain, bukanlah perilaku yang dianjurkan.

Dalam ajaran Islam, tidak ada tempat bagi kebencian yang merusak hati. Islam mengajarkan kita untuk bersikap bijaksana dan penuh kasih sayang, bahkan terhadap orang yang mungkin kita anggap sebagai musuh. Rasulullah SAW dalam banyak hadisnya menekankan pentingnya menjaga hati kita agar tidak dipenuhi dengan kebencian. Bahkan, dalam Al-Qur'an, Allah SWT menyuruh umat-Nya untuk berbuat baik kepada siapa pun, bahkan terhadap orang yang mungkin memiliki pandangan berbeda dengan kita.

Penderitaan sebagai Ujian, Bukan Azab

Sering kali, dalam situasi tertentu, kita terjebak dalam narasi yang mempercayai bahwa setiap bencana yang menimpa suatu negara adalah azab dari Tuhan, apalagi jika negara tersebut memiliki kebijakan yang kita anggap salah. Tetapi, sebagai umat yang beriman, kita seharusnya memahami bahwa penderitaan dan bencana yang terjadi di dunia ini tidak selalu bisa kita tafsirkan dengan mudah sebagai "azab" atau hukuman langsung dari Tuhan. Setiap musibah adalah ujian, baik bagi yang menerimanya maupun bagi kita yang menyaksikannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun