Belakangan ini, media sosial sering kali menjadi ajang untuk mengungkapkan perasaan yang ekstrem, baik dalam bentuk dukungan maupun kecaman. Salah satu fenomena yang mengundang perhatian adalah banyaknya komentar yang menunjukkan kegembiraan atas musibah yang menimpa negara atau individu tertentu, khususnya terkait dengan kebakaran besar yang melanda Los Angeles atau bencana-bencana lainnya yang terjadi di luar negeri. Yang lebih mengejutkan, beberapa orang bahkan mengaitkan penderitaan yang dialami dengan isu-isu politik atau dukungan terhadap Palestina, sambil berharap bahwa itu merupakan sebuah "azab" bagi negara-negara seperti Amerika atau Israel.
Namun, kita perlu merenungkan secara mendalam apakah kita, sebagai manusia, seharusnya merasa senang atas penderitaan orang lain, meskipun kita mungkin memiliki ketidaksukaan terhadap kebijakan politik negara tersebut. Mengapa ada sebagian dari kita yang merasa bahagia atas kesulitan yang dialami oleh sesama manusia, bahkan jika orang tersebut tidak berhubungan langsung dengan kebijakan yang kita kritisi?
Dukungan terhadap Palestina dan Solidaritas Global
Tentu saja, sebagai manusia, kita memiliki hak untuk menunjukkan empati dan solidaritas terhadap perjuangan Palestina yang sedang berlangsung. Sejarah panjang penderitaan yang dialami oleh rakyat Palestina, yang menghadapi penjajahan, pemindahan paksa, dan pelanggaran hak asasi manusia, memang memicu empati banyak pihak. Banyak orang, termasuk umat Muslim, yang merasa perlu mendukung Palestina dalam upaya mereka untuk memperoleh kebebasan dan keadilan.
Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa ada sebagian orang yang terkadang terjebak dalam sikap kebencian yang lebih besar daripada rasa empati. Ketika ada bencana besar yang menimpa negara seperti Amerika atau Israel, beberapa komentar di media sosial menunjukkan bahwa sebagian orang merasa senang atau bahkan merayakan penderitaan tersebut, dengan anggapan bahwa itu adalah balasan atau azab dari Tuhan. Sungguh ironis, karena dalam banyak kasus, rakyat dari negara-negara tersebut tidak selalu mendukung kebijakan politik yang diterapkan oleh pemerintah mereka. Rakyat Amerika atau Israel tidak selalu sepakat dengan tindakan pemerintah mereka terhadap Palestina atau kebijakan luar negeri lainnya.
Kemanusiaan di Atas Segala Hal
Sebagai umat manusia, kita diajarkan untuk tidak menghakimi seseorang hanya berdasarkan identitas atau negara asal mereka. Kita seharusnya mengutamakan kemanusiaan di atas segala perbedaan politik atau agama. Apakah benar bahwa kebahagiaan kita atas penderitaan orang lain adalah cara yang benar untuk menunjukkan dukungan terhadap perjuangan suatu bangsa? Tentu saja tidak. Sebagai umat Muslim, kita diajarkan bahwa kebencian, apalagi merayakan penderitaan orang lain, bukanlah perilaku yang dianjurkan.
Dalam ajaran Islam, tidak ada tempat bagi kebencian yang merusak hati. Islam mengajarkan kita untuk bersikap bijaksana dan penuh kasih sayang, bahkan terhadap orang yang mungkin kita anggap sebagai musuh. Rasulullah SAW dalam banyak hadisnya menekankan pentingnya menjaga hati kita agar tidak dipenuhi dengan kebencian. Bahkan, dalam Al-Qur'an, Allah SWT menyuruh umat-Nya untuk berbuat baik kepada siapa pun, bahkan terhadap orang yang mungkin memiliki pandangan berbeda dengan kita.
Penderitaan sebagai Ujian, Bukan Azab
Sering kali, dalam situasi tertentu, kita terjebak dalam narasi yang mempercayai bahwa setiap bencana yang menimpa suatu negara adalah azab dari Tuhan, apalagi jika negara tersebut memiliki kebijakan yang kita anggap salah. Tetapi, sebagai umat yang beriman, kita seharusnya memahami bahwa penderitaan dan bencana yang terjadi di dunia ini tidak selalu bisa kita tafsirkan dengan mudah sebagai "azab" atau hukuman langsung dari Tuhan. Setiap musibah adalah ujian, baik bagi yang menerimanya maupun bagi kita yang menyaksikannya.
Ketika kebakaran besar terjadi di Los Angeles, misalnya, atau ketika bencana alam menimpa Israel, kita tidak boleh dengan mudah menyimpulkan bahwa itu adalah hukuman bagi negara-negara tersebut. Justru, musibah tersebut bisa menjadi kesempatan bagi kita untuk merenung, menguatkan rasa empati kita, dan menunjukkan rasa belas kasihan kepada korban, tanpa mengaitkan penderitaan mereka dengan pandangan politik kita.
Jadi sesungguhnya kita tidak tahu apakah ini azab atau bencana, tetapi yang pasti ini adalah ujian berat bagi yang mengalami dan juga ujian bagi kita yang hanya mengamati untuk tidak menghakimi dan menjadi pelajaran atau bahkan peringatan.Â
Menghindari Kebencian: Sebuah Tanggung Jawab Sosial
Komentar yang merayakan penderitaan orang lain tidak hanya merusak keharmonisan sosial, tetapi juga mengaburkan esensi kemanusiaan itu sendiri. Kita harus selalu ingat bahwa kebencian terhadap satu pihak tidak seharusnya membuat kita buta terhadap penderitaan manusia lainnya, yang mungkin tidak memiliki hubungan langsung dengan kebijakan politik yang kita kritisi. Kebahagiaan atas bencana yang menimpa orang lain adalah tindakan yang sangat tidak manusiawi dan bertentangan dengan ajaran agama, apapun agama yang kita anut.
Dukungan terhadap Palestina atau negara yang tertindas haruslah tetap dilakukan dengan cara yang penuh rasa hormat, keadilan, dan belas kasihan, bukan dengan kebencian terhadap negara atau kelompok lain. Keberpihakan kita terhadap suatu kelompok seharusnya tidak menghalalkan kebencian terhadap pihak lain, apalagi dengan merayakan penderitaan mereka.
Kesimpulan
Sebagai umat manusia yang mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan, kita harus mampu membedakan antara sikap kritis terhadap kebijakan politik dan kebahagiaan atas penderitaan orang lain. Mendukung Palestina adalah sebuah hak yang sah, tetapi kebahagiaan atas penderitaan negara lain hanya akan membawa kita lebih jauh dari nilai-nilai kebaikan yang sejati. Kita tidak boleh membiarkan kebencian menguasai hati kita, apalagi jika itu merusak kemanusiaan dan menghalangi kita untuk bersikap penuh kasih sayang.
Marilah kita bersama-sama berusaha untuk menjadi individu yang bijaksana, yang tidak hanya memperjuangkan hak-hak orang lain, tetapi juga menjaga hati kita agar tetap penuh dengan rasa cinta, kasih sayang, dan empati terhadap sesama, tanpa memandang latar belakang atau kebijakan politik yang mereka anut.
Lalu apakah kebakaran besar itu azab atau bencana? Hanya Allah yang tahu. Sebagai manusia kita tidak boleh menghakimi. Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI