Di sisi lain, ada juga kritik tentang mentalitas kerja sebagian masyarakat Indonesia yang dinilai kurang gigih. Mungkin ini karena budaya paternalistik yang terlalu kuat---di mana banyak orang masih menunggu "pemimpin" atau "atasan" untuk memberikan arah, alih-alih berinisiatif sendiri.
Padahal, negara maju membutuhkan individu-individu yang kreatif, inovatif, dan berani mengambil risiko. Semangat inilah yang harus ditanamkan sejak dini, baik di sekolah, komunitas, maupun keluarga.
Apakah Harus Menunggu 2095?
Mimpi Indonesia Emas 2045 adalah janji yang besar. Tapi seperti pepatah lama: "Janji adalah utang." Jika generasi sekarang tidak bekerja keras untuk membayar utang itu, siapa yang akan melakukannya? Apakah kita rela menyerahkan mimpi ini ke generasi berikutnya dan menunggu hingga tahun 2095?
Harapannya, kali ini kita tidak hanya terbuai oleh narasi indah tanpa fondasi yang kokoh. Karena mimpi saja tidak cukup; ia butuh aksi nyata. Dan aksi nyata itu bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi seluruh rakyat Indonesia---termasuk Anda dan saya.
Indonesia Emas 2045 bukan soal kapan, tetapi soal bagaimana kita mempersiapkannya dari sekarang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H