Mesin ini secara otomatis menghitung ongkos perjalanan dan memberikan kembalian dengan tepat, sehingga penumpang tidak perlu khawatir kekurangan uang kembalian atau salah bayar.
*Di Stasiun Kereta: Meskipun kartu elektronik sangat umum digunakan, semua stasiun kereta di Jepang tetap menyediakan mesin tiket yang memungkinkan pembelian tiket dengan uang tunai.Â
Pendekatan ini menunjukkan bahwa Jepang tidak memaksa masyarakat untuk sepenuhnya bergantung pada teknologi. Sebaliknya, mereka memberikan kebebasan untuk memilih metode yang paling nyaman sesuai kebutuhan.
Refleksi untuk Indonesia: Belajar dari Jepang
Indonesia, dengan segala kemajuan teknologinya, perlu belajar dari pendekatan Jepang. Beberapa hal yang perlu diperhatikan:
1.Sediakan Alternatif Manual yang Memadai
Fasilitas seperti SPBU, bus, TransJakarta , tempat parkir dan layanan publik lainnya harus tetap menyediakan opsi manual. Tidak semua orang memiliki akses ke teknologi digital, dan dalam kondisi tertentu, uang tunai adalah satu-satunya solusi yang praktis.
2.Teknologi untuk Inklusi, Bukan Eksklusi
Penggunaan teknologi seharusnya tidak menciptakan diskriminasi. Di layanan seperti TransJakarta, JakLingko, atau SPBU, masyarakat yang tidak memiliki kartu elektronik harus tetap bisa dilayani dengan baik.
3.Empati dalam Pelayanan Publik
Pelayanan publik bukan hanya soal efisiensi, tetapi juga soal empati. Teknologi harus menjadi alat yang memperkuat prinsip-prinsip keadilan sosial, bukan alat untuk menghilangkan akses masyarakat tertentu.
Teknologi adalah alat yang sangat bermanfaat jika digunakan dengan bijaksana. Namun, ketika teknologi dipaksakan tanpa mempertimbangkan kebutuhan masyarakat, ia justru menciptakan hambatan dan ketidakadilan.Â
Sangatlah penting untuk memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk memilih, tanpa memaksa mereka bergantung sepenuhnya pada teknologi.
Di Indonesia, langkah-langkah seperti menyediakan alternatif pembayaran manual dan memastikan inklusivitas dalam pelayanan publik adalah hal tidak boleh dilupakan sebelum teknologi menguasai kita.Â