Jalan jalan di Yogya selalu menarik dan salah satunya adalah ke museum Benteng Vredeburg. Walau sempat mampir ke sana dalam kunjungan sekitar dua bulan lalu, saya juga kembali mampir di akhir pekan untuk menikmati sajian air mancur menari.
Namun tentu saja bagian paling menarik dari museum ini adalah membelakangi penggalan sejarah perjuangan yang ditampilkan melauk diorama yang cantik.
Kali ini kita akan membahas  empat diorama yang menampik akan pesawat terbang. Yuk kita simak:
1.Jatuhnya Pesawat VT CLA. Â
Melihat registrasi pesawat ini yaitu VT, saya langsung tahu bahwa ini adalah pesawat yang didaftarkan di India. Â Pada diorama tampak sebuah pesawat yang sudah jatuh terbelah dan hanya hanya bagian ekornya saja yang utuh.
Ternyata pesawat ini sedang terbang dalam rangka misi kemanusiaan untuk mengirimkan bantuan berupa 2 ton obat-obatan dari Palang Merah Malaya.
Pesawat DC 3 - Dakota VT-CLA yang lepas landas dari lapangan terbang Kalang Singapura pada tanggal 29 Juli 1947 pukul 13.00.
Awak pesawat terdiri dari kapten Pilot Alexander Noel Constantine, berkebangsaan Australia dan kopilot  Roy L.C. Hazlehurst, berkebangsaan Inggris, Kapten Udara Adisumarmo Wiryokusumo sebagai juru radio dan Bida Rahm, berkebangsaan India, sebagai juru teknik udara.
Pesawat juga mengangkut beberapa penumpang yaitu Komodor Muda Udara Agustinus Adisucipto, Komodor Muda Udara Abdulrachman Saleh, Nyonya Beryl Constantine, serta dua orang berkebangsaan Indonesia yang sedang bertugas membeli senjata di Singapura yaitu Abdul Gani Handonocokro dan Zainul Arifin.
Sekitar pukul 17.45 Pesawat VT-CLA terbang rendah mengitari lapangan terbang Maguwo untuk mencari posisi pendaratan.  Tiba-tiba muncul pesawat  P-40 Kitty Hawk  milik Belanda yang sedang melakukan pengintaian dan kemudian menembak jatuh pesawat Dakota itu.
Badan pesawat patah menjadi  dua bagian menyisakan bagian ekor yang utuh. Serangan ini  menewaskan  seluruh orang dalam pesawat kecuali Abdul Gani Handonocokro.
Karena itu tanggal 29 Juli kemudian diperingati sebagai hari Bakti TNI AU dan nama nama Adisucipto, Adisumarmo dan Abdurahman Saleh diabadikan menjadi lapangan terbang di Yogya, Solo, dan Madiun.
2. Bantuan obat-obatan dari Mesir
Diorama selanjutnya adalah gambaran ketika Pesawat  Dakota dengan registrasi T-CCB mengangkut obat-obatan bantuan pemerintah Mesir tiba di Lapangan Terbang Maguwo pada 5 Maret 1948.
Melalui perjuangan diplomatik, semakin  banyak negara yang mengakui kedaulatan Republik Indonesia. Negara-negara  Asia seperti India, Birma, Srilanka, Afganistan dan juga  negara-negara Arab seperti Mesir (Juni 1947), Arab Saudi (November 1947), Irak, Siria dan Afganistan (September 1947)  dan Libanon (Juni 1947) telah mengakui kemerdekaan RI.
Salah satu peristiwa penting adalah kunjungan  utusan resmi pemerintah Mesir Abdul Mounem (konsul Mesir di Bombay, India) pada  tanggal 14 Maret 1947 ke Yogyakarta. Kunjungannya ke ibu kota RI dengan pesawat udara menembus blokade militer Belanda untuk menyampaikan pengakuan negara-negara yang tergabung dalam Liga Arab atas kemerdekaan Indonesia. Â
Sebagai tindak lanjut, pada  5 Maret 1948 pesawat pemerintah Mesir T-CCB mendarat di Lapangan Terbang Maguwo (Adisucipto, sekarang) dengan membawa bantuan obat-obatan  dari Pemerintah Mesir melalui Palang Merah Internasional.
3.pimpinan negara kembali ke ibukota RI, Yogya
Diorama selanjutnaya salah menggambarkan peristiwa di lapangan terbang Maguwo ketika pimpinan RI kembali ke ibukota Yogya pada 6 Juli 1949.
Digambarkan suasana di lapangan terbang ketika Bung Karno, Hatta, Agus Salim, AI Sastroamidjojo dan lain-lain baru turun dari pesawat Dakota Garuda Indonesia yang membawa nya sari pembuangan di pulau Bangka.
Mereka disambut Sri Sultan Hamengku Buwono X dan setelah itu menuju ke Gedung Agung. Â Di sepanjang jalan, rakyat menyambut dengan pekik merdeka.
4, Pemerintah RIS kembali ke Jakarta.
Diorama keempat menggambarkan suasana di lapangan terbang Maguwo ketika Presiden Sukarno yang baru dilantik sebagai presiden RIS akan kembali ke jakarta sedang memeriksa pasukan kehormatan.
Menyusul pengakuan kedaulatan oleh Belanda pada 27 Desember 1948, Presiden Sukarno  berangkat ke Jakarta sekaligus mengakhiri atasi Yogya sengaja ibukota sejak 1946.
Karena status Yogya yang sangat istimewa ini Sukarno mengatakan bahwa: "Yogyakarta menjadi termasyhur oleh karena jiwa kemerdekaannya. Hidupkanlah terus jiwa kemerdekaan itu."
Demikian sekilas mengenai empat diorama yang berisi pesawat terbang. Khususnya pesawat DC 3 Dakota yang termasyhur itu di benteng Vredeburg di Yogyakarta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H