Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Stasiun Karet Ditutup: Apa Ada Solusi yang Lebih Baik?

4 Januari 2025   10:22 Diperbarui: 4 Januari 2025   10:29 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Stasiun Karet: detik.com

Jakarta sering dibandingkan dengan kota-kota besar di Tiongkok seperti Beijing dan Shanghai, yang memiliki jaringan transportasi umum yang sangat maju. Perbandingan ini menggarisbawahi perbedaan pendekatan dalam menangani pertumbuhan jumlah penumpang dan infrastruktur transportasi.

Beijing: Inovasi dalam Transportasi Bawah Tanah

Beijing memiliki lebih dari 27 jalur kereta bawah tanah yang melayani hampir seluruh wilayah metropolitan. Sebagai ibu kota dengan populasi lebih dari 21 juta jiwa, Beijing fokus pada pengembangan jaringan bawah tanah untuk menghindari konflik dengan lalu lintas permukaan. Pendekatan ini berhasil mengurangi tekanan pada transportasi darat dan memastikan keselamatan pengguna.

Beijing juga mengintegrasikan teknologi canggih, seperti pintu peron otomatis (platform screen doors) untuk meningkatkan keselamatan penumpang di stasiun yang padat. Solusi ini menunjukkan bahwa masalah keselamatan di stasiun tidak harus diselesaikan dengan menutupnya.

Shanghai: Stasiun Dekat dan Jaringan Luas

Shanghai memiliki lebih dari 500 stasiun kereta dengan jarak rata-rata antar stasiun yang relatif dekat, sehingga meningkatkan aksesibilitas bagi penduduk. Alih-alih mengurangi jumlah stasiun, Shanghai justru terus menambah jaringan transportasi untuk melayani wilayah yang lebih luas.

Pengelolaan stasiun di Shanghai juga dirancang untuk efisiensi tinggi, dengan akses pintu masuk ganda, sistem navigasi yang jelas, dan fasilitas ruang tunggu yang luas. Ini menunjukkan bahwa dengan perencanaan yang matang, tantangan kapasitas dapat diatasi tanpa harus mengurangi fasilitas.

Konsekuensi Penutupan Stasiun Karet

Penutupan Stasiun Karet tidak hanya berdampak pada aksesibilitas penumpang, tetapi juga menciptakan efek domino terhadap ekosistem ekonomi di sekitar stasiun.
1.Aksesibilitas Penumpang
Penumpang yang biasa menggunakan Stasiun Karet akan terpaksa berjalan lebih jauh ke stasiun terdekat, seperti Stasiun BNI City atau Stasiun Sudirman. Ini dapat memperpanjang waktu perjalanan dan menambah biaya transportasi lanjutan, yang tidak efisien untuk masyarakat kelas pekerja.
2.Dampak Ekonomi Lokal
Pedagang kecil dan pengemudi ojek pangkalan yang menggantungkan penghasilan pada keberadaan stasiun akan kehilangan mata pencaharian. Penutupan ini akan memengaruhi mata rantai ekonomi lokal yang telah terbentuk selama bertahun-tahun.
3.Kepadatan di Stasiun Alternatif
Jika Stasiun Karet ditutup, lonjakan penumpang di stasiun sekitar seperti BNI City bisa menimbulkan masalah baru, seperti antrian panjang, ruang tunggu yang penuh, dan potensi kecelakaan akibat overcapacity.

Rekomendasi untuk Kebijakan yang Lebih Baik

Daripada menutup stasiun, berikut adalah beberapa rekomendasi untuk meningkatkan efisiensi dan keselamatan tanpa mengorbankan aksesibilitas:
1.Pembangunan Ulang Stasiun
Stasiun Karet dapat direnovasi dengan desain baru yang lebih modern dan aman, termasuk perpanjangan peron, ruang tunggu bertingkat, dan akses yang lebih baik untuk pejalan kaki.
2.Jalur Layang atau Bawah Tanah
Mengintegrasikan jalur layang atau bawah tanah pada rute KRL di Jakarta dapat menjadi solusi jangka panjang untuk mengatasi konflik antara kereta dan lalu lintas permukaan.
3.Peningkatan Manajemen Penumpang
Sistem manajemen penumpang yang lebih baik, seperti pengaturan waktu keberangkatan yang lebih sering, dapat mengurangi kepadatan di stasiun kecil.
4.Integrasi Transportasi
Stasiun Karet dapat diintegrasikan dengan moda transportasi lain, seperti MRT, LRT, atau busway, untuk menciptakan konektivitas yang lebih baik dan mengurangi beban di satu moda transportasi saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun