Yogyakarta, kota budaya yang selalu menggoda dengan kehangatan dan keramahan, juga dikenal sebagai surga kuliner tradisional. Di antara berbagai hidangan khas, bakmi jawa menjadi ikon yang mencerminkan cita rasa dan suasana klasik Yogyakarta.
Tidak heran jika banyak bermunculan tempat makan Bakmi Jawa di seantero kota Yogya.
Namun salah satu tempat yang menjadi favorit saya sejak lama adalah Bakmi Kadin yang ada di Bintaran, tidak jauh dari Jembatan Sayidan yang ada di Jalan Sultan Agung.
Bakmi jawa adalah hidangan mie rebus atau goreng yang dimasak dengan sentuhan tradisional. Dimasak di atas anglo berbahan bakar arang, bakmi ini memiliki cita rasa khas berkat bahan-bahan alami seperti bawang merah, bawang putih, kemiri, dan bumbu lainnya.
Asal-usul bakmi jawa dipercaya berasal dari perpaduan budaya Jawa dan Tionghoa, di mana mie menjadi pengaruh dari tradisi Tionghoa, sementara bumbu-bumbu serta cara memasaknya adalah ciri khas masakan Jawa.
Bakmi jawa sering disajikan dengan suwiran ayam kampung, telur bebek, serta kuah kaldu gurih yang kaya rasa. Beberapa warung legendaris di Yogyakarta, seperti Bakmi Kadin dan Bakmi Mbah Mo, telah melestarikan resep turun-temurun ini selama puluhan tahun.
Menikmati bakmi jawa tidak hanya soal rasa, tetapi juga soal suasana. Banyak warung bakmi menawarkan pengalaman makan malam yang berbeda dan khas. Untuk Bakni Kadin sendiri adalah suasana warungnya yang terlihat jadul dan tetap sama sejak dulu sehingga membuat kita seakan kembali ke masa lampau.
Namun yang membuat saya suka adalah pertunjukan life musik dengan berjenis lagu jadul yang dimainkan dengan alat musik sederhana.