Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Belajar dari Harga Materai

19 Desember 2024   12:07 Diperbarui: 19 Desember 2024   12:07 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bangsa ini memiliki potensi besar. Namun, potensi itu hanya bisa terwujud jika kita mau bekerja keras dan belajar dari kesalahan masa lalu. Belajar dari sejarah harga meterai adalah langkah kecil untuk refleksi besar menuju kemajuan bangsa.

Apa yang membedakan negara-negara ini dari Indonesia? Mengapa ada yang mampu bangkit dari keterpurukan, sementara kita sering terjebak dalam lingkaran stagnasi, konflik internal, dan retorika kosong?

Sejarah harga meterai, dipadukan dengan refleksi perjalanan bangsa lain, menawarkan banyak pelajaran yang perlu kita perhatikan untuk membangun masa depan yang lebih baik.

Indonesia memiliki potensi besar untuk bangkit, tetapi itu hanya akan terjadi jika kita berani menghadapi kenyataan:
1.Korupsi yang Mengakar
Korupsi adalah salah satu penghambat terbesar kemajuan Indonesia. Mirisnya, banyak tokoh korupsi yang terbukti bersalah justru dipuja atau bahkan kembali menduduki jabatan publik. Kita tidak akan pernah maju jika masyarakat masih toleran terhadap korupsi dan pemimpin tidak serius menegakkan hukum.
2.Retorika Kosong dan Konflik Ideologi
Indonesia sering kali terjebak dalam perdebatan ideologi atau isu agama yang tidak relevan dengan pembangunan. Sementara bangsa lain fokus membangun pendidikan, infrastruktur, dan teknologi, kita sibuk berkonflik secara internal.
3.Investasi pada Generasi Muda
Negara-negara seperti Jepang, Tiongkok, dan Vietnam memahami pentingnya pendidikan dan teknologi untuk menciptakan generasi yang kompetitif. Indonesia harus berhenti mengandalkan kekayaan alam semata dan mulai berinvestasi besar-besaran dalam sumber daya manusia.

Refleksi dan Optimisme
Perjalanan harga meterai dari hanya beberapa sen pada masa Orde Lama hingga mencapai 10.000 rupiah saat ini adalah cerminan perubahan nilai ekonomi Indonesia. Namun, lebih dari itu, ini adalah pengingat bahwa bangsa ini masih memiliki pekerjaan rumah besar untuk memberantas korupsi, mengatasi konflik internal, dan memperbaiki tata kelola ekonomi.

Kisah sukses Jepang, Korea Selatan, Singapura Tiongkok, dan bahkan Vietnam menunjukkan bahwa kemajuan adalah hasil dari kerja keras, disiplin, dan fokus pada pembangunan manusia. Sebaliknya, Filipina menjadi peringatan tentang bahaya korupsi, populisme, dan ketergantungan pada retorika kosong.

Indonesia memiliki segala potensi untuk bangkit, tetapi hanya jika kita berani menghadapi kenyataan dan belajar dari sejarah. Harga meterai hanyalah simbol kecil dari perjalanan panjang bangsa ini, tetapi di balik itu tersimpan pesan besar: kita harus bergerak maju, bukan hanya berbicara. Bangsa lain tidak menunggu, dan jika kita tidak berubah, kita akan semakin tertinggal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun