Sekitar pukul 3,45 sore, kami tiba  di Yamchun Fort.  Ternyata benteng ini ada di kejauhan dengan jurang yang cukup dalam dari jalan berbatu yang kami lewati.
Kami turun dan mulai berfoto. Sementara Mas Agus mulai bercerita sedikit banyak mengenai sejarah benteng yang diperkirakan dibangun pada abad ketiga sebelum Masehi ini.
Konon Yamchun Fort adalah benteng kuno yang diyakini berasal dari zaman Kekaisaran Kushan (sekitar abad ke-3 SM hingga abad ke-3 M). Benteng ini digunakan untuk mengontrol perdagangan di Jalur Sutra dan melindungi wilayah dari serangan musuh.
Dengan lokasi di ketinggian sekitar 3.000 meter, benteng ini menawarkan pemandangan dramatis Lembah Wakhan dan pegunungan Hindu Kush di seberang sungai.
Menurut mas Agus, pengunjung sebenarnya dapat menjelajahi reruntuhan benteng, menara penjagaan, dan bagian dinding yang masih berdiri kokoh. Tapi karena waktu kanub singkat, cukup menikmatinya dari kejauhan sambil membayangkan bahwa kemungkinan benteng ini pun pernah dilewati oleh Xuan Zhang atau biksu Tong Sam Chong dalam perjalanan ke Barat mencari kitab suci.
"Ditemani oleh Sun Go Kong dan Zhu Pat Kai," tambah Maya sambil tersenyum manis .
Perjalanan dilanjutkan menuju pemandian air hangat Bibi Fatimah. Jalan kian mendaki dan kian sempit, ketinggian kembali melebih 3000 meter dan hembusan angin kian sejuk dingin menusuk tulang.Â
Rasanya sudah tidak sabar untuk berendam di air hangat yang konon mempunyai khasiat menyembuhkan berbagai macam penyakit .
Sekitar pukul 4 sore kendaraan pun mendekat bangunan pemandian yang sekilas terbuat dari batu bata merah di tepi bukit. Â Sementara di seberang tampak jurang dan lembah yang sangat indah pemandangannya.
Ruangan pemandian terpisah antara lelaki dan perempuan dan kamu kemudian masuk dengan menuruni banyak anak tangga.
Di tempat pemandian ada dua orang yang sedang berendam. Dan ternyata ada aturan tidak tertulis bahwa kalau berendam  disini  diharuskan tenda  busana. Air nya hangat dan menyegarkan, terbutakan setelah beberapa hari tubuh diguncang jalanan Pamir Highway yang penuh lubang dan berdebu. Â
Sekitar setengah jam kami berendam dan kemudian kembali ke kendaraan hari sudah menunjukkan hampir  pukul 5 sore dan tiba waktunya kembali ke Langgar yang jaraknya lebih dari 30 kilometer dengan waktu tempuh sekitar satu setengah jam.
Dalam perjalanan pulang kami sempat bertemu dengan kompleks pemakaman warga lokal yang kebanyakan penganut sekte Ismaili. Salah satu kendaraan sempat mampir dan membuat banyak foto di makam tersebut.
Dalam perjalanan ini, kami juga nelihat  petunjuk arah  stupa Buddha kuno di Vrang  yang menunjukkan jejak agama Buddha di wilayah ini. Hal ini seakan menguatkan kembali dugaan perjalanan biksu Tong di zaman dahulu.
Perjalanan dari Langar ke Yamchun Fort adalah pengalaman yang memadukan alam dan sejarah. Benteng ini tidak hanya menawarkan pemandangan menakjubkan tetapi juga memberikan wawasan tentang pentingnya Lembah Wakhan sebagai pusat budaya dan perdagangan selama berabad-abad.
Dan siapa tahu jika biksu Tong serta dua murid imajiner nya juga pernah mengembara di tempat ini.
Menjelang waktu magrib kami tiba kembali di homestay dan beristirahat.